Kelima, penolakan terhadap sains. Inilah salah satu bahaya lainnya, yaitu penolakan terhadap penemuan-penemuan ilmiah yang dapat memperkaya pemahaman manusia tentang alam semesta dan realitas.
Selain itu, banyak dari mereka yang juga masih mengonsumsi paham-paham yang disampaikan dari kelompok penginjil melalui khotbahnya dalam program Gereja Elektronik. "Gereja Elektronik" adalah istilah yang merujuk pada program-program keagamaan yang disiarkan melalui media elektronik, seperti televisi dan radio, terutama yang menampilkan khotbah atau pelayanan keagamaan yang dipimpin oleh seorang pendeta atau tokoh pemuka agama. Gereja Elektronik ini bertujuan untuk membangun kelompok pengikut yang setia kepada pendeta atau pelayanan tersebut.
Adapun ciri-ciri dari suatu program yang dapat disebut sebagai "Gereja Elektronik", antara lain:
- Pendeta yang karismatik, di mana sering kali tokoh yang memimpin siaran tersebut pasti memiliki daya tarik yang kuat.
- Pesan tentang permasalahan dunia dan solusi untuk personal masing-masing individu. Program seperti ini biasanya menggambarkan masalah-masalah besar yang terjadi di dunia, tetapi menawarkan solusi hanya melalui perubahan dari dalam hati (pribadi), tanpa mendorong perubahan sosial yang lebih luas.
- Seruan donasi. Pasti setelah acara atau saat acara berlangsung, terdapat penekanan pada permintaan dukungan finansial yang sangat terstruktur dan profesional.
Kritik-kritik terhadap Gereja Elektronik pada masa kini dan dikaitkan dengan Teologi Pembebasan, salah satunya adalah program-program tersebut berpotensi menarik orang untuk menjauh dari gereja-gereja lokal yang tradisional dan berperan menggantikan peran penting komunitas fisik gereja. Alih-alih menjadi wadah untuk memperkuat hubungan di antara jemaat, Gereja Elektronik juga dinilai tendensiun dalam penawaran komitmen yang tanpa nama dan tidak menuntut keterlibatan langsung, sehingga amat berbeda dari esensi komunitas gereja yang melibatkan interaksi dan saling support antar-umat. Kritik lainnya adalah bahwa Gereja Elektronik cenderung menawarkan solusi spiritual yang bersifat pribadi dan individual, yang mana tidak ada motivasi atau dorongan kepada jemaat untuk terlibat dalam perubahan sosial yang lebih besar. Hal ini dianggap mengurangi peran keagamaan sebagai kekuatan untuk transformasi sosial.
Kemudian juga, para pemuka Agama masih juga masih memelihara hubungan erat dengan banyak aliran keagamaan-baru---beberapa di antaranya, seperti Gereja Moon yang terkenal "brengsek". Gereja Moon atau Gereja Unifikasi memiliki banyak-banyak kebahayaan bagi Kekristenan secara umum dan juga Katolik secara khusus, yaitu:
Pertama, penolakan terhadap tritunggal. Kedua, pengurangan kedaulatan Tuhan. Ketiga, Gereja Unifikasi mengajarkan bahwa keselamatan bergantung sebagian pada usaha manusia, termasuk pembayaran untuk membebaskan "leluhur", yang bertentangan dengan ajaran Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan melalui iman kepada Yesus Kristus. Keempat, Gereja Unifikasi mengajarkan bahwa kejatuhan manusia memiliki dua aspek: spiritual dan fisik. Menurut ajaran ini, kejatuhan spiritual terjadi ketika Lucifer menggoda Hawa, sedangkan kejatuhan fisik terjadi ketika Hawa dan Adam terlibat dalam hubungan seksual yang dikatakan terinspirasi oleh cintanya setan. Kelima, ajaran Gereja Unifikasi mengklaim bahwa Yesus gagal dalam misi ilahi-Nya, yaitu menyelamatkan manusia secara fisik dan spiritual. Menurut ajaran ini, Sun Myung Moon adalah kedatangan kedua Kristus yang diharapkan untuk menyelesaikan apa yang tidak dilakukan oleh Yesus. Keenam atau terakhir, gereja ini mengajarkan bahwa "pernikahan diperlukan untuk mencapai keselamatan," sesuatu yang tidak diajarkan dalam Kekristenan mainstream.
Selain itu, bahaya terhadap Teologi Pembebasan atas kehadiran Gereja Unifikasi adalah penghapusan ajaran Sosial-Katolik. Teologi Pembebasan sering menekankan keadilan sosial dan pengentasan kemiskinan sebagai bagian dari ajaran Kristen Katolik. Gereja Unifikasi, dengan fokusnya pada pernikahan sebagai syarat keselamatan dan ajaran yang lebih terpusat pada individu (Moon), mungkin tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan sosial dan pembebasan yang ditegakkan oleh Teologi Pembebasan.
Kritik-kritik yang disebutkan di atas kesemuanya bersumber pada kebiasaan-kebiasaan jahiliah yang masih dipelihara, manipulasi-manipulasi dunia keuangan, dan antikomunis yang fanatik tak tahu konteks.
Namun demikian, lahirnya Teologi Pembebasan di Amerika Latin telah menjadi cahaya baru dalam sejarah kemanusiaan. Teologi Pembebasan seperti meyakinkan kita untuk terus membangkitkan semangat kritisisme terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik terkait dengan agama dan Marxisme. Selain dari kritik keagamaan, Rousset juga mengkritik para kaum Sosialis. Menurut Rousset, Sosialisme tak mungkin dapat tercapai, apabila tidak ada pembaharuan dalam pemahaman menurut pandangan Sosialis terhadap agama.
Pada mulanya memang, apabila terdapat situasi tersebut, kaum Sosialis-Marxis "klasik" sering kali menggunakan "pertentangan" yang diametral untuk kondisi kaum buruh dan tani yang beragama Katolik di satu sisi---sebagai kelompok pendukung Revolusi---yang menentang kaum pemuka Katolik dan Gereja yang kerap kali dianggap sebagai kaum reaksioner di sisi lain. Malahan, sampai tahun 1966, kaum Sosialis masih menganggap kematian anggota Gereja, Romo Camilo Torres, yang bergabung dalam gerilyawan Kolombia dan harus mati terbunuh dalam peperangan pada tahun yang sama, sebagai satu pengecualian. Camilo Torres dikenal karena pandangannya yang menyatukan ajaran Kristen dengan prinsip-prinsip Marxis dalam perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan penindasan.
Torres dianggap sebagai figur simbolis yang menggabungkan keyakinan religiusnya dengan komitmen terhadap revolusi sosial, yang sering diidentifikasi dengan perjuangan melawan sistem kapitalis dan penindasan yang mereka anggap sebagai bagian dari sistem ekonomi yang tidak adil. Namun, penting untuk dicatat bahwa Torres sendiri menolak label dirinya sebagai komunis dan tidak ingin dianggap sebagai bagian dari anggota komunis. Dia mengklaim bahwa motivasinya untuk berjuang bersama kaum buruh dan tani adalah untuk melawan oligarki dan dominasi kapital milik Amerika Serikat, dan berjuang tanpa menganut komunisme secara penuh.