Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang KAA 1955: Dasasila Bandung dan Jejak Perjuangan Antikolonialisme Asia-Afrika di Indonesia

30 November 2024   17:50 Diperbarui: 15 November 2024   20:03 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Sukarno menjelaskan tentang kemerdekaan yang belum sepenuhnya diraih. "Ya, beberapa bagian negara kita belum bebas. Itu sebabnya kita semua belum bisa merasa bahwa perjalanan ini telah selesai. Tidak ada bangsa yang bisa merasa bebas selama bagian dari tanah air mereka masih terjajah. Seperti halnya perdamaian, kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak bisa dibagi-bagi. Tidak ada yang namanya setengah bebas, sama halnya dengan tidak ada yang namanya setengah hidup."

Kita sering diberitahu 'Kolonialisme telah mati'. Janganlah kita tertipu atau bahkan merasa tenang dengan itu. Saya katakan kepada Anda, kolonialisme belum mati. Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa ia telah mati, selama wilayah-wilayah luas di Asia dan Afrika masih terjajah.

Presiden Sukarno menjelaskan tesisnya mengenai neokolonialisme yang patut diwaspadai oleh bangsa Asia-Afrika. 

... Kolonialisme juga memiliki bentuk modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, dan kontrol fisik yang nyata oleh komunitas kecil namun asing dalam suatu negara. Itu adalah musuh yang cerdik dan gigih, dan ia muncul dalam banyak bentuk. Ia tidak mudah menyerahkan jarahannya. Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun ia muncul, kolonialisme adalah sesuatu yang jahat, dan sesuatu yang harus diberantas dari bumi.

Presiden Sukarno menyelesaikan pidatonya dengan semangat untuk menjawab tantangan masa depan. Presiden meyakinkan bangsa-bangsa Asia dan Afrika bahwa mereka adalah bangsa yang dapat melaluinya.

Janganlah kita [mengingat] pahit tentang masa lalu, tetapi mari kita tetap fokus pada masa depan. Ingatlah bahwa tidak ada berkat Tuhan yang lebih manis daripada kehidupan dan kebebasan. Ingatlah bahwa martabat seluruh umat manusia [dan kemanusiaan] menurun selama [masih ada] negara atau bagian dari negara belum merdeka. Ingatlah bahwa tujuan tertinggi kemanusiaan adalah pembebasan manusia dari belenggu ketakutan, belenggu penghinaan kemanusiaan, belenggu kemiskinan---pembebasan manusia dari belenggu fisik, spiritual, dan intelektual yang menghambat perkembangan kebanyakan umat manusia dalam waktu yang amat lama.

Bergerak serentak! Bangkit sambut bersama! Asia-Afrika telah bersatu!

Berkibarlah panji kita! Ditabur melati Ibu Pertiwi...

Dari Gurun Gobi, Gangga, Irawadi, Sahara... 

Merdeka! Hurriyat! Berjuang! Zindabad!

Wahai, Merdeka!!!

Referensi tambahan

Kristiyanto, Hasto. Geopolitik Bung Karno (Progressive Geopolitical Coexistence). Disunting oleh Suryo Adi Bowo dan A. Tarmiji Alkhudri. Bogor: Unhan RI Press, 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun