Presiden Sukarno menjelaskan tentang kemerdekaan yang belum sepenuhnya diraih. "Ya, beberapa bagian negara kita belum bebas. Itu sebabnya kita semua belum bisa merasa bahwa perjalanan ini telah selesai. Tidak ada bangsa yang bisa merasa bebas selama bagian dari tanah air mereka masih terjajah. Seperti halnya perdamaian, kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak bisa dibagi-bagi. Tidak ada yang namanya setengah bebas, sama halnya dengan tidak ada yang namanya setengah hidup."
Kita sering diberitahu 'Kolonialisme telah mati'. Janganlah kita tertipu atau bahkan merasa tenang dengan itu. Saya katakan kepada Anda, kolonialisme belum mati. Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa ia telah mati, selama wilayah-wilayah luas di Asia dan Afrika masih terjajah.
Presiden Sukarno menjelaskan tesisnya mengenai neokolonialisme yang patut diwaspadai oleh bangsa Asia-Afrika.Â
... Kolonialisme juga memiliki bentuk modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, dan kontrol fisik yang nyata oleh komunitas kecil namun asing dalam suatu negara. Itu adalah musuh yang cerdik dan gigih, dan ia muncul dalam banyak bentuk. Ia tidak mudah menyerahkan jarahannya. Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun ia muncul, kolonialisme adalah sesuatu yang jahat, dan sesuatu yang harus diberantas dari bumi.
Presiden Sukarno menyelesaikan pidatonya dengan semangat untuk menjawab tantangan masa depan. Presiden meyakinkan bangsa-bangsa Asia dan Afrika bahwa mereka adalah bangsa yang dapat melaluinya.
Janganlah kita [mengingat] pahit tentang masa lalu, tetapi mari kita tetap fokus pada masa depan. Ingatlah bahwa tidak ada berkat Tuhan yang lebih manis daripada kehidupan dan kebebasan. Ingatlah bahwa martabat seluruh umat manusia [dan kemanusiaan] menurun selama [masih ada] negara atau bagian dari negara belum merdeka. Ingatlah bahwa tujuan tertinggi kemanusiaan adalah pembebasan manusia dari belenggu ketakutan, belenggu penghinaan kemanusiaan, belenggu kemiskinan---pembebasan manusia dari belenggu fisik, spiritual, dan intelektual yang menghambat perkembangan kebanyakan umat manusia dalam waktu yang amat lama.
Bergerak serentak! Bangkit sambut bersama! Asia-Afrika telah bersatu!
Berkibarlah panji kita! Ditabur melati Ibu Pertiwi...
Dari Gurun Gobi, Gangga, Irawadi, Sahara...Â
Merdeka! Hurriyat! Berjuang! Zindabad!
Wahai, Merdeka!!!
Referensi tambahan
Kristiyanto, Hasto. Geopolitik Bung Karno (Progressive Geopolitical Coexistence). Disunting oleh Suryo Adi Bowo dan A. Tarmiji Alkhudri. Bogor: Unhan RI Press, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H