Mohon tunggu...
Fiksiana Artikel Utama

Takdir?

23 April 2015   16:59 Diperbarui: 31 Agustus 2015   05:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Mereka menghujani tentara Nippon dengan peluru-peluru dari atas kap mobil. Tentara Nippon yang tidak mau kalah, balik menghantam mereka dengan peluru dari Machine gun dari atas kendaraan mereka. Saling sahut peluru tak terkelakkan sekalipun mereka telah pergi jauh meninggalkan hutan. Tak ada korban jatuh setelahnya. Tersisa 19  orang di atas  mobil yang melaju menuju markas pusat.

  Sang kapten sadar bahwa kemunculan tiba-tiba itu bukanlah akibat keajaiban. Namun, karena sebuah siasat yang telah membuat pasukannya terleha-leha dan bersantai.

  Sampailah mereka di jalan beraspal, masih dengan peluru yang saling ditembakkan kesana-kemari. Hingga terdengar suara gemuruh bergerak mendekat. Suara gemuruh dari putaran baling-baling baja, yang tidak tahu dari mana asalnya. Masih simpang-siur kepada siapa helikopter itu memihak.

  Mobil terus melaju hingga sampai di tengah sebuah jembatan besar. Terjawablah kepada siapa helikopter itu memihak. Mereka meluncurkan roket kearah jembatan yang Balian beserta rekannya berada di atasnya. Mobil yang mereka tumpangi terpental melemparkan orang-orang di atasnya. Setengah jembatan mulai runtuh. Pasukan yang selamat berusaha berlari menjauh. Namun dihadang di sisi lain jembatan oleh helikopter musuh. Tak sedikit pun mereka berkutik. Balian yang tubuhnya tergantung di antara jembatan yang hendak roboh berpegangan pada kapten.

   “Teruslah berenang! Arus ini akan mengantarmu ke tempat tujuan kita”

   “Tapi kapten!”

   “Nasibku dan semua saudaramu kini digenggamanmu.” “Kau tahu apa yang harus kau lakukan.”

   “Kapten”

   “Balian!” Ia menoleh.

  “Masa depan bangsa ini ada di tanganmu!”

   Ia melepas pegangannya pada Balian dan membiarkannya terbawa arus sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun