Tanpa mengucap sepatah kata apapun, Firman mengangguk dan mulai membidik kepala mereka.
DOR! Satu kepala yang begitu malang langsung terluka parah, petugas medis Kekaisaran langsung menarik tentara yang sudah tak berdaya. Dengan cepat Firman memasukkan peluru dan mesiu ke dalam senapannya, kemudian membidik salah satu petugas medis yang mengangkat serdadu tersebut ke tandu sebelum ia mengurungkan niatnya karena mengingat dengan pesan yang pernah disampaikan oleh Furqan.
" Semuanya, ingatlah untuk selalu memprioritaskan serdadu Kekaisaran lebih dulu daripada petugas medis. Serdadu Kekaisaran dapat menghabisi kalian jika kalian tak berhati-hati,".
Akhirnya, Firman mengarahkan senapannya ke kiri. DOR!
"Alhamdulillah," Firman bernapas lega, "Orang tadi sudah lama membidikku, ya Allah. Sedetik lagi dan mungkin aku tak bisa lagi lanjut berjihad,".
PRAK! Firman langsung menunduk dan mengisi ulang senapannya lagi. Selagi mengisi ulang, ia melihat Furqan tengah berbicara dengan seorang mujahidin lain yang terengah-engah seperti habis berlari.
"Furqan, kita harus mundur. Keselamatan para warga di sini mulai terancam." Ucap sang taktisi, panik.
"Tak sekarang, kita akan pertahankan bukit ini sampai titik darah penghabisan, Umar! Para warga di pemukiman sini menolak menyerah pada Kekaisaran!"
"Aku tahu semuanya ingin berjuang, tetapi ini masalah atrisi. Saya sarankan kita mundur supaya kita bisa memperkuat barisan dengan pasukan di belakang, apalagi jumlah pasukan mulai menipis, Furqan!"
Tiba-tiba, terdengar ledakan dari salah satu sisi pemukiman. Jeritan dan rintihan kesakitan tak hanya terdengar dari para tetua yang bertempur, di antara suara tersebut ada suara anak-anak muda yang entah kehilangan kakinya karena tembakan meriam tersebut atau bahkan sampai kehilangan saudara kandungnya. Melihat hal ini, Furqan langsung berteriak marah, wajahnya merah padam.
"SEMUANYA! SIAPKAN SENAPAN DAN PEDANG KALIAN! BUNUH SEMUA SERDADU KEKAISARAN!"