Tasku ditarik Tono dan Danu memukuliku hingga jatuh. Tasku diacak, buku PR milikku disobek dan alat tulisku dibuang ke tempat sampah dekat lapangan sekolah. Satu alasan mengapa aku tak pernah memberikan bukuku pada mereka. Walaupun mereka sering ditegur kepala sekolah, mereka tak peduli.
Namun, mereka melakukan sesuatu yang lebih kejam pada hari itu.
Mereka menemukan cetak biru desain robotku untuk Kompetisi Sains dan Robotika Indonesia.
"Wah, apa ini? Hasil kerja Ari si Autis, ya?" Danu menunjukkan kertas itu pada Tono.
"Wuih, hebat juga kau, ya," Tono mengambil kertasnya dan mendekat kepadaku, "Kau tahu? Benda buatan autis sepertimu harusnya masuk bak sampah!"
SRET!
Cetak biru itu langsung dijadikan bahan perundungan lagi, "Pak, Ari buang sampah sembarangan, Pak!" Tono mengadu pada Pak Hakim, guru Fisika sekolah, sementara Danu membuang serpihan kertas tersebut ke tong sampah, "KETERLALUAN!" Amarah menggelegak dalam diriku dan langsung kupukul Danu hingga Ia terkapar di lantai.
Dan kami berkelahi.
Kemudian, Danu dan Tono mendapat skorsing. Anehnya, aku malah dibentak kepala sekolah dengan tuduhan melukai siswa lain dan membuang sampah sembarangan!
Setelah itu, aku berlari keluar sekolah, menangis sesenggukan, "AKU BENCI SEKOLAH INI! AKU INGIN MATI!"
Masuk rumah, aku menemui Bapakku dan menceritakan semua hal yang terjadi, wajar jika Bapakku merasa kasihan dan mulai menyembuhkan luka di wajahku. Beliau selalu mendengarkan semua keluh kesah dan menyembuhkan rasa sakit yang kupunya.