Mohon tunggu...
Daffa Binapraja
Daffa Binapraja Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir pada 25 Februari 2000, Jakarta Utara

Seorang pemuda yang menyukai fiksi ilmiah, Alternate History, dan sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Resonansi Waktu di Belakang Masjid (Bab 1)

25 Desember 2017   22:23 Diperbarui: 25 Desember 2017   22:39 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saudaraku sekalian yang berada di bawah lindungan Allah SWT. Kami, Aceh Darussalam, berterima kasih dengan kontribusi Turki dalam perang ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami persembahkan pada Turki 800.000 set zirah kamuflase, perisai dan pedang listrik, serban baja Aceh yang dilengkapi dengan optik malam, senapan busur dan anak panah kami, serta kapal amfibi 'Salahuddin' kami. Semoga Allah dan semuanya dapat menjadi saksi atas persaudaraan dan dukungan kami, Aamiin."

Pekik takbir dan sorak sorai warga memenuhi lapangan, kedua kesultanan membuktikan komitmen mereka mengalahkan portugis.

Sampai puluhan pesawat tempur menyerang mereka.

Rakyat berlari menuju masjid, ternyata Aceh tak kalah siap dengan apa yang terjadi. Pasukan Aceh menyalakan sejenis kubah magnetik masjid untuk melindungi diri dari bom yang ada. Senapan busur yang dipakai? Tidak kalah mengejutkan, busurnya diisi dengan sejenis klip berisi anak panah seperti senapan abad 21 dan busurnya berisi peledak. Dapat dibuktikan dengan meledaknya sepucuk anak panah tepat di sayap salah satu pesawat.

Tetapi, Turki lebih 'gila' lagi. Pakar senjata mereka langsung mengeluarkan senapan lantak, ternyata bentuknya saja yang terlihat seperti senapan lantak. Tetapi pelurunya adalah laser merah yang dapat ditembakkan selama kurang lebih 1 menit lalu berhenti 30 detik untuk isi ulang.

Setelah kerusuhan yang terjadi selama 1 jam, semua mulai mempertanyakan siapa yang menyerang.

"Hah? Pesawat tadi milik siapa?" tanya seorang warga "Portugis, ya?"

"Semuanya, dimohon untuk tidak panik. Kami akan segera menyelidiki identitas penyerang." Seorang prajurit perwakilan Turki bersama para pasukan Aceh langsung memeriksa pesawat yang jatuh di pohon dekat masjid, untung tingkat kerusakan ringan dan hanya melibatkan pohon, tak ada benda kiriman kedua pihak yang rusak.

Langsung kuikuti mereka menuju bangkai pesawat. Sesampainya di sana, semuanya bingung dengan lambang yang dilihat. Lambang itu terlihat seperti segi enam dengan seekor burung hantu di dalamnya, warna lambang itu biru dan pesawatnya berwarna putih.

"Hidup.....L-Legiun........Zion." Pilot dengan seragam biru dan Bintang David di tengahnya mengatakan hal tersebut sembari batuk dan terbata-bata.

"Hah? Legiun Zion?" Seorang prajurit Aceh bertanya kepada semuanya dengan bahasa Jawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun