Mohon tunggu...
Daffa Binapraja
Daffa Binapraja Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir pada 25 Februari 2000, Jakarta Utara

Seorang pemuda yang menyukai fiksi ilmiah, Alternate History, dan sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Resonansi Waktu di Belakang Masjid (Bab 1)

25 Desember 2017   22:23 Diperbarui: 25 Desember 2017   22:39 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: nearestmuseum.com

ACEH

Tahukah kalian bahwa meriam Lada Sicupak di Peureulak, Aceh tidak hanya dibeli dengan segenggam lada, sesuai namanya?

Ya, meriam itu dibeli Kesultanan Aceh pada 7 Januari 1565 dari Turki Utsmani untuk melawan penjajah Portugis yang menjadi musuh bersama.

Kalian mungkin terkejut jika kukatakan pada kalian bahwa Aceh mendapat lebih dari itu dan Turki mendapat sesuatu yang sangat berguna untuk perang mereka melawan Portugis pada tahun 1580-1589 nanti.

Singkatnya, mereka sama-sama diuntungkan, simbiosis mutualisme sejati.

 "Ya ampun, apa iya, harus remedial lagi?" Yanto terlihat gusar dengan hasil ulangan PAI yang didapatnya hari ini.

"Nyontek melulu, sih!" Alfi ikut menimpali.

"Jangan bilang kau remedial juga, Kuta."

Tidak kujawab, karena sebagian tahu bahwa hanya ada seseorang yang lulus ujian tanpa remedial dalam kelas XII-MIPA-1. Lagipula, apa enaknya menunjukkan supremasi diri di depan orang-orang yang dirundung masalah?

"Bicara masalah portal kemarin, Alfi. Bagaimana kalau kita selidiki bersama nanti malam? Mungkin saja bisa melihatnya lagi." Kuajak ia dalam investigasi malam ini, setelah maghrib.

"Maaf, saudara kakekku meninggal. Jadi pulang sekolah langsung ke Bogor untuk menjenguk." Alangkah malangnya.

"Maaf, bos. Nggak bisa, ada tanding Silat nanti di depan GRJU." Yanto ikut bertanding di Kejuaraan Silat tingkat DKI Jakarta, bisa dipahami.

"GRJU apaan, tuh?" Serius, Alfi? Tak pernah keluar rumah, ya?

"Masa begitu saja tak tahu!" Yanto ternyata membalas apa yang Alfi lakukan dua hari lalu, "GRJU itu Gelanggang Remaja Jakarta Utara, dasar udik!"

"Terlalu juga kau, Yan" Wajah Alfi kecut, "Menghina mau, dihina tak mau. Dasar anak lemah mental!" Alfi masih belum puas, "Tukang sontek norak!"

Makin lama, obrolan panas itu berevolusi menjadi perang sumpah serapah dan ini tak bisa dibiarkan.

"CUKUP!" Serius, diriku kesal kalau melihat mereka berkelahi mulut. Apalagi kalau sampai berkelahi fisik, "Kalian ini, mulutnya pada ngaco semua. Bisa nggak, sih. Kalian berhenti menyumpah mirip bocah tak bermoral?!"

"Maaf, bang." Jawab Yanto singkat.

"Ya, bos." Alfi pun mengikuti.

Respon mereka mungkin terlihat menyebalkan bagiku, tapi ini lebih baik daripada adegan tadi.

"Hei, semuanya. Ayo, siap-siap untuk menyanyikan 'Halo-Halo Bandung'," Reyhan, ketua kelas langsung mengajak semuanya berdiri, "Ayo, semuanya berdiri."

"Yuk, kawan. Kita siap-siap."

-------------------------------

Biasanya, perjalanan dari rumah ke sekolah selalu melibatkan rute yang melewati taman perumahan. Akan tetapi, hari ini akan sangat berbeda.

Karena Aku melihatnya lagi. Portal kemarin malam.

Keingintahuanku langsung naik drastis begitu melihat sebuah, tidak, sejenis lubang hitam dengan pinggiran berwarna merah. Untunglah di dalamnya bukan lubang hitam, tetapi sebuah pemandangan. Pemandangan dalam lubang itu sangat berbeda dibandingkan dengan kemarin malam, karena panorama hari ini di portal tersebut adalah sebuah kota.

Langsung saja kuselidiki portal tersebut, "Mungkin rencanaku berubah," Tunggu, Aku sebenarnya ingin pulang, bukan? "Mungkin tidak sekarang."

Setelah pulang dan makan siang, Aku mengikuti sebuah kajian sejarah di masjid Baitul Hikmah. Kali ini, sejarah yang dibicarakan adalah hubungan diplomatis Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani.

"Saudara sekalian, perlu kita ketahui bahwasanya kemerdekaan kita juga secara tak langsung didukung oleh Kekhalifahan Turki. Ini bisa dibuktikan dengan bantuan teknisi, tentara, dan meriam dari Turki untuk Aceh dalam usahanya mengenyahkan penjajahan Portugis di tanah 'Serambi Makkah' pada 1568 M. Sudah seharusnya kita berterima kasih kepada Kesultanan Turki dalam menyebarkan Islam di Nusantara kita yang tercinta ini." Begitulah potongan dari kajian yang dibicarakan Ustadz Yahya Zulfikar tadi.

Setelah kajian, ternyata kulihat lagi portal yang sama seperti tadi siang. Dengan penasaran, kumasuki portal tersebut.

Kulihat diriku berada di Banda Aceh yang dulunya dinamai Kutaraja, ini bisa kubuktikan dari bendera Kesultanan Aceh di tiap penjuru jalannya. Namun, sama seperti sebelumnya, kudapati ada beberapa teknologi yang lebih futuristis daripada keadaan hari ini. Mobil tak beroda berseliweran di jalanan, berjalan bersama delman kuda. Gedung tinggi menjulang mencapai angkasa. 

Orang-orang berbicara dengan sejenis alat komunikasi. Kuberi tahu seperti apa bendanya; bayangkan saja Earphone konser, bedanya adalah benda ini hanya menutup salah satu telinga dan mikrofonnya lebih kecil dari Earphone konser, sepertinya menggunakan jaringan nirkabel untuk berbicara.

Jujur saja, agak sulit untuk menjelaskan semua kecanggihan di sini, mengingat ini adalah Kesultanan Aceh, Protektorat dari Turki Utsmani. Ini artinya, Aceh selalu dilindungi dan disokong Turki Utsmani. Jadi tak jauh beda dengan Istanbul yang kulihat kemarin.

"Dengarlah, saudara sekalian yang kami cintai. Aceh yang telah menjadi protektorat Turki Utsmani hari ini mendapat suatu peningkatan dalam perihal teknologi. saudara sekalian bisa menjadi saksi dari komitmen Turki Utsmani melindungi Umat Islam di setiap penjuru, dari Maroko hingga Arakan, dari Kaukasus hingga Nusantara. Hari ini, di Masjid Raya!" Pengumuman itu datang dari pelantang di dekat sebuah tiang listrik, tiang ini tidak memakai kabel dan digantikan dengan panel surya, mungkin kabelnya ada di bawah tanah, cerdik sekali.

Dari pengumuman itu pula, sepertinya Aku harus berlari menuju Masjid Raya Baiturrahman, sekarang.

Saat itu juga, masyarakat langsung menghentikan kegiatan dan berlari penuh semangat menuju masjid. Tak pernah kulihat masyarakat begitu.....bersemangat dengan pembaruan ilmiah seperti itu.

Beberapa menit kemudian, sampailah diriku di halaman masjid dengan para penduduk memenuhinya. Terlihat di situ perwakilan dari Turki dan Aceh berdiri berhadapan dengan satu sama lain, perwakilan Turki membawa sepucuk meriam dan pihak Aceh memberi mereka.....sebuah kotak?

Seingatku, itu adalah meriam Lada Sicupak, 'kan?

Aceh telah membelinya dengan segenggam lada di Turki

Jadi, apa lagi yang mereka berikan?

"Assalamualaikum, Saudara dari Aceh." Perwakilan Turki memulai prosesi dengan Salam.

"Walaikumsalam, Yang mulia Turki Utsmani, semoga jaya selalu." Perwakilan Aceh menerima salam itu dengan baik. "Aamiin" Semuanya mengaminkan.

"Saudaraku sekalian yang dicintai Allah SWT. Hari ini, kami dari Turki Utsmani akan mempersembahkan kepada saudara kami, Kesultanan Aceh, 800 meriam, sel generator listrik, dan pesawat tempur 'Firnas' sebagai bagian dari perjanjian kami dengan mereka. Semoga Allah selalu melindungi dan menguatkan Aceh dalam perlawanannya terhadap musuh bersama kami, penjajah Portugis yang mengobarkan perang terhadap Umat."

Meriam pun ditarik ke hadapan pasukan Aceh, begitu pula dengan pesawat dan sel generatornya. Sebagian teknisi dan tentara serta pakar senjata Turki berjalan menuju barisan pasukan Aceh. Giliran pasukan Aceh berlari menuju barisan Turki sembari membawa sebongkah kotak hitam.

Tak hanya itu. Aceh sepertinya membawa banyak sekali kapal yang memiliki roda dan motor layaknya sebuah kendaraan amfibi. Ditambah lagi, ada berlian dan perhiasan berkilau. Aku jadi bingung, ini sebenarnya apa, ya?

"Saudaraku sekalian yang berada di bawah lindungan Allah SWT. Kami, Aceh Darussalam, berterima kasih dengan kontribusi Turki dalam perang ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami persembahkan pada Turki 800.000 set zirah kamuflase, perisai dan pedang listrik, serban baja Aceh yang dilengkapi dengan optik malam, senapan busur dan anak panah kami, serta kapal amfibi 'Salahuddin' kami. Semoga Allah dan semuanya dapat menjadi saksi atas persaudaraan dan dukungan kami, Aamiin."

Pekik takbir dan sorak sorai warga memenuhi lapangan, kedua kesultanan membuktikan komitmen mereka mengalahkan portugis.

Sampai puluhan pesawat tempur menyerang mereka.

Rakyat berlari menuju masjid, ternyata Aceh tak kalah siap dengan apa yang terjadi. Pasukan Aceh menyalakan sejenis kubah magnetik masjid untuk melindungi diri dari bom yang ada. Senapan busur yang dipakai? Tidak kalah mengejutkan, busurnya diisi dengan sejenis klip berisi anak panah seperti senapan abad 21 dan busurnya berisi peledak. Dapat dibuktikan dengan meledaknya sepucuk anak panah tepat di sayap salah satu pesawat.

Tetapi, Turki lebih 'gila' lagi. Pakar senjata mereka langsung mengeluarkan senapan lantak, ternyata bentuknya saja yang terlihat seperti senapan lantak. Tetapi pelurunya adalah laser merah yang dapat ditembakkan selama kurang lebih 1 menit lalu berhenti 30 detik untuk isi ulang.

Setelah kerusuhan yang terjadi selama 1 jam, semua mulai mempertanyakan siapa yang menyerang.

"Hah? Pesawat tadi milik siapa?" tanya seorang warga "Portugis, ya?"

"Semuanya, dimohon untuk tidak panik. Kami akan segera menyelidiki identitas penyerang." Seorang prajurit perwakilan Turki bersama para pasukan Aceh langsung memeriksa pesawat yang jatuh di pohon dekat masjid, untung tingkat kerusakan ringan dan hanya melibatkan pohon, tak ada benda kiriman kedua pihak yang rusak.

Langsung kuikuti mereka menuju bangkai pesawat. Sesampainya di sana, semuanya bingung dengan lambang yang dilihat. Lambang itu terlihat seperti segi enam dengan seekor burung hantu di dalamnya, warna lambang itu biru dan pesawatnya berwarna putih.

"Hidup.....L-Legiun........Zion." Pilot dengan seragam biru dan Bintang David di tengahnya mengatakan hal tersebut sembari batuk dan terbata-bata.

"Hah? Legiun Zion?" Seorang prajurit Aceh bertanya kepada semuanya dengan bahasa Jawi.

Lagi, belum sempat kucari tahu apa yang terjadi. Aku kembali ke tempat semula.

Tetapi, Aku masih bingung,

Siapa Legiun Zion?

Apa ada hubungannya dengan Israel?

Atau jangan-jangan........

Mereka ini bagian dari Freemason?

Aku harus mencari tahu lebih lanjut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun