Mohon tunggu...
Daffa Akmal
Daffa Akmal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Jakarta

Tuhan telah memuliakanmu dengan akalmu maka jangan engkau hinakan dirimu dengan perbuatanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya Dalam Melakukan Tabayun Pada Era Revolusi Digital: Halaqah Tadabur Al-Quran (Q.S. Al-Hujurat :6)

10 September 2022   06:31 Diperbarui: 10 September 2022   06:43 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibaratnya jika kita hendak minum secangkir kopi, kita panaskan air, kita letakkan disegelas cangkir dicampur dengan teh lalu kita tuangkan sesendok gula, maka apakah ketika kita minum itu tehnya manis? tidak. teh itu tidak akan manis sebelum kita aduk. gula-gula di negeri ini mengendap dan diam, gula-gula di negeri ini belum berbuat belum maksimal. Oleh karena itu, Allah persyaratkan "kuntum khaira ummatin ukhrijat linnas ta'muru na bil ma'rufi wa tanhawna amil mungkar." Kalian ini adalah umat terbaik ketika kalian melakukan amar makruf nahi mungkar, yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, mesikpun itu terasa berat.

Tidaklah kita belajar dari Nabi Musa AS, maka siapakah Nabi Musa. Musa itu adalah orng yang sejak kecil hidup di istana Fir'aun, yang sejak kecil diasuh oleh Fir'aun, diberikan semua fasilitas istana, tetapi apakah Nabi Musa takut kepada Fir'aun, apakah Nabi Musa berhutang jasa kepada Fir'aun maka ia berdoa: "Ya Allah lapangkanlah dadaku, mudahkan urusanku, uraikan keluhnya lidah, bukan karena ia memakan bara sebagaimana cerita yang kita dengar maka bisa jadi itu benar atau bisa jadi itu tidak." 

Keluhnya lidah Nabi Musa lebih karena ia lebih berhutang jasa. Digambarkan di surah asy-syuara ayat 12 Fir'aun mengungkit jasanya.  "Bukankah Engkau (Nabi Musa) hidup dan besar di rumah kami, dan Nabi Musa tertekan jiwanya, berhutang jasa kepada Fir'aun. Namun, saat Risalah kebenaran harus ia sampaikan maka ia mengatakan dengan sebenar-benarnya dan tidak peduli Fir'aun itu adalah ayahandanya, tidak peduli Fir'aun itu penguasa yang berhutang jasa kepada dirinya maka dia lantangkan kebenaran dan dengan lantang ia menggulingkan kezaliman, mesikpun ayah angkatnya.

Kesimpulannya dari penjelasan di atas dapat disimpulkan. kita harus tengok diri kita, sejauh mana waktu yang kita gunakan untuk menguatkan agama kita, sejauh mana kita konsentrasi tidak terjebak membicarakan hal-hal yang kurang penting, sejauh kita terpengaruh pada jebakan-jebakan persepsi media, sejauh mana kita tidak fokus mendewasakan diri kita dengan memperbanyak menelaah al-Quran, mendekat kepada para ulama, menelaah kitab-kitabNya, dan kemudian kita kuatkan regenerasi penerus supaya terlepas dari jebak-jebak kerugian, sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmannya pada Q.S. Al-Asr. Semoga Allah selamatkan diri kita, keluargaa kita, dan masyarakat dari fitnah akhir zaman yang tidak jelas dan Allah tunjukkan yang haqq adalah haqq dan yang batil adalah batil.

Semoga bermanfaat tulisan ini, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun