Lalu bagaimana cara kita melakukan tabayun? maka jawabaannya dengan tidak selalu membaca semua berita, dengan tidak selalu membicarakan apa yang kita dengar dan yg kita lihat, dengan tidak selalu kita ikut campur yang bukan menjadi kewenangan kita.
Hari ini standar diangkat suatu masalah, diselesaikan atau tidaknya sering ditemukan dengan viral atau tidaknya kasus ini, siapa yang bermasalah, siapa yang menjadi sumber masalah, dan siapa yang menegakan hukum sehingga bisa jadi ada orang yang biasa dan ia mengeluhkan kasus pencurian, intimidasi, dan perampokan serta yang lainnya kepada pihak berwenang bisa jadi karena ia tidak dikenal orang atau kasus yang tidak viral maka akan mengendap dan tidak terselesaikan. Â Betapaa tidak adilnya hidup ini jika segala sesuatu dinilai viral atau tidaknya suatu kasus.Â
Kita sedang sakit karena setiap hari disuguhi publisitas yang tidak mendidik. Negeri kita benar-benar sedang sakit, bukan hanya krisis ekonomi, krisis politik, tetapi krisis moral dan dekadensi yang terjadi pergeseran  yang dulunya tidak aib menjadi aib, yang dulunya aib sekarang tidak aib pun ada sehingga kita menjadi kebingungan karena semakin banyak alim ulama yang meninggal dunia. Allah SWT benar-benar sedang menguji kita, jika kita termakan dengan standar viral yang terjadi maka dipastikan hidup kita tidak sehat karena senantiasa kita akan memikirkan omongan orang, tetangga kita membicarakan diri kita akibat diri kita tidak fokus kerja padahal sesungguhnya yang harus kita fokuskan adalah mendidik diri kita, keluarga kita, mendapatkan diri kita dan keluarga kita agar tidak masuk barang haram ke mulut kita, ke mulut keluarga kita. Kedua, kita pastikan bahwa kita tetap bersama memiliki rasa ukhuwah yang kuat. Sesungguhnya persaudaraan yang paling kokoh itu adalah berlandaskan keimanan.Â
Sebagaimana di surah al-Hasyr ayat 11, Allah menjelaskan ada jenis-jenis persaudaraan lainnya. Â Mereka mengatakan kepada saudara-saudara mereka dan orang-orang kafir, jadi hidup kita akan selalu bersaudara, tetapi permasalahannya dengan siapa kita bersaudara.Â
Hari-hari ini adalah hari sulit kita sehingga kita dipaksa setiap hari memikirkan masalah, sementara kita memiliki risalah. Risalah kita adalah menjaaga agama ini agar tetap ada di kampung kita, risalah kita adalah menjaga keturunan ini agar tetap mengenal Allah, mengenal masjid-Nya, mencintai Rasul-Nya, dan mengamalkan kitab-Nya sehingga kita terkotak-kotak diadu di antara kita karena perbedaan yang tidak seberapa.Â
Kemudian kita setiap hari disuguhi oleh hal-hal viral yang sebenarnya tidak menjadi masalah kita, sehingga hari ini didapat ada orang-orang yang semestinya tidak berkomentar dan ia pun berkomentar, ada orang-orang yang semestinya tidak  menjadi narasumber dan menjadi teladan kemudian diangkat setiap hari dan tidak peduli memiliki trek record yang terbaik atau tidak, tidak peduli merusak moral atau tidak. Maka lihatlah wajah pendidikan hari ini, betul-betul kita tidak bisa fokus maka Allah mengesankan kepada kita dengan bertabayunlah.
Hati-hatilah kita dalam mengambil suatu berita dan mempercayai suatu tontonan publisitas yang berlebihan maka fokuslah kita dan didiklah diri kita agar tetap memegang agama ini. Â Kata Rasulullah SAW: "orang yang berpegang pada agamanya, seperti orang yang memegang bara api, jika ia lepas maka lepaslah agamanya, tetapi jika ia pegang maka akan terbakar dan kepanasan tangannya. Kita akan sulit, tetapi ingatlah bahwa tidak ada yang sulit dengan keresahan.Â
Allah mencontohkan dalam surah at-tin dan surah al-asr bahwa kerugian mengintai kita dan degradasi mengintai kita. Setiap manusia diciptakan dengan kemuliaan dan diciptakan dengan potensi, prestasi, dan kebaikan. tsuma radadnahu, tetapi bisa terjebak bisa menjadi fasiq sebagaimana di Q.S. al-Hujurat 6. Namun, dilanjutkan di ayat berikutnya (Q.S. At-tin) kecuali orang-orang beriman dan bekerja dan di surah al-asr Allah mengatakan  juga "Setiap manusia berpotensi rugi jika ia tidak tahu waktu produktif."
Syekh mutawali asy-sya'rawi seorang ahli tafsir terkemuka mengatakan, bahwa ia menafsirkan tentang al-asr. Â Kenapa Allah memilih al-asr? al-asr salah satu bentukannya asirun dan kata asirun dalam bahasa Arab berarti juz, juz buah. Juz itu yang diminum adalah saripatinya maka ketika Allah bersumpah wal asri, demi perasan waktu, demi perasan waktu, demi juz waktu. Demi waktu yang produktif yang kebanyakan orang tidak mengetahui, waktunya habis dijalan karena kemacetan, waktunya habis karena menonton berita yang tayangannya tidak bisa dipertanggung jawabkan, waktunya yang habis untuk membicarakan hal-hal yang memang dengan itu ia disibukkan sehingga waktunya habis. Sesungguhnya setiap manusia berpotensi merugi, kecuali ila lazina ini merupakan kata plural. kecuali mereka yang sadar beriman dan berbuat amal salih dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Maka kita perlu menguatkan rasa ukhuwah.
Kalau di barat di sana memiliki budaya yang disebut dengan cancel culture. Cancel culture adalah budaya penolkan kepada tokoh-tokoh publik yang cacat moral, tokoh-tokoh publik yang tidak bisa memegang amanah, baik karena korupsi, pelanggaran moral, dugem, pesta, dan lain sebagainya itu dianggap cacat padahal mereka adalah masyarakat yang liberal, tetapi mereka mempiliki budaya, yaitu cancel culture.Â
Namun, di negeri ini yang kita tahu negeri yang kita bermayoritas beriman, mayoritasnya ber ktp Islam. Kita terombang-ambing bukan karena tidak punya nilai, tetapi karena kita tidak fokus. Kejahatan yang terjadi di negeri ini bukan karena orang jahat yang banyak, tetapi karena orang baiknya diam.Â