sesuai dengan tema yang dibawakan "Recover Together Stronger Together" dalam arti menumbuhkan kembali semangat gotong royong pada jiwa Indonesia untuk dunia dengan menyatukan kembali kekuatan antar bangsa antar negara terkait pemulihan bersama meski situasi tidak pasti.
Peran nyata kelompok G20 berdasarkan upaya pemulihan gejolak pertumbuhan ekonomi dan fiskal salah satunya masa krisis moneter  tahun 2008 menghantam perekonomian antar negara walau tidak terlalu pengaruh untuk Indonesia namun paling berdampak bagi Amerika Serikat melalui kebijakan stimulus fiskal dan moneter yang terkoordinasi,Â
hingga kebijakan pemulihan masa pandemi covid-19 dengan penangguhan utang luar negeri bagi negara berpenghasilan rendah dan pengurangan bea dan pajak terhadap perlengkapan penting masa pandemi seperti vaksin, masker, dan alat medis.
Agenda forum G20 Indonesia diinisasikan menjadi dua jalur pertama sektor keuangan (finance track); dan jalur kedua sektor non keuangan (sherpa track). Sektor keuangan (finance track) menjadi jalur yang paling diperhatikan Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia menginisasikan enam agenda G20 sektor keuangan (finance track),
 antara lain 1) koordinasi penarikan stimulus untuk mendukung pemulihan; 2) upaya penanganan pasca pandemi; 3) penguatan sistem keuangan digital; 4) finansial berkelanjutan (sustaible finance); 5) peningkatan inklusif keuangan; dan 6) sistem perpajakan internasional.Â
Sedangkan sektor non keuangan (sherpa track) yang dimaksud mengacu pada pengembangan energi terbarukan; ekonomi berbasis digital; peningkatan pariwisata; perhatian terhadap pembangunan dan investasi; serta beberapa masalah yang dapat mempengaruhi perekonomian negara.
Pengembangan energi terbarukan menjadi salah satu isu prioritas sektor non keuangan (sherpa track) yang diangkat menjadi agenda penting G20 bahkan memiliki andil yang besar  berdasarkan Paris Agreement 2015  berisi tentang bagaiamana upaya dunia dalam mengurangi dampak peningkatan suhu global akibat perkembangan industrialisasi melalui pembangunan ekonomi bebas emisi,Â
Indonesia juga salah satu negara yang berperan serta setelah mengikuti penandatanganan perjanjian di New York, harapannya dengan presidensi G20 Indonesia lebih aktif terhadap pengembangan energi hijau mengingat Indonesia memilki cadangan energi terbarukan seperti angin, tenaga surya dan geomethral (panas bumi) yang tidak ada habisnya, hanya saja dukungan pengembangan pengetahuan regulasi, dan infrastruktur yang diperlukan.
Perekonomian digital merupakan isu yang tidak kalah penting mengingat penggunaan internet Indonesia salah satu terbanyak di benua Asia diantara negara anggota G20 Tiongkok dan India terutama  selama pandemi menyebabkan ketergantungan teknologi yang mempengaruhi kebutuhan dan gaya hidup meningkat,Â
maka presidensi G20 diperlukan untuk menyinkronasi antara sumber daya manusia dengan perkembangan teknologi salah satunya potensi pengembangan Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) sebagai penopang ekonomi nasional dibutuhkan dukungan infrastruktur teknologi yang memadai seperti cara memperkenalkan barang dagangan dan metode transaksi tanpa tunai.Â
Penulis beserta masyarakat sangat mengharapkan Indonesia sebagai tuan rumah G20 agar memberikan manfaat lebih dalam memandang kembali pemulihan ekonomi pasca pandemi, meningkatkan nilai mutu produk lokal terutama UMKM,Â