Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Saatnya Fokus pada Program Agrifinance dan Fermentasi Kakao

27 Mei 2020   14:08 Diperbarui: 27 Mei 2020   21:21 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammd Amin (dok: pribadi)

Perkuat Agrofinance dan pendampingan

"Kalau mau dongkrak peningkatan produksi, saran saya perkuat program Agrifinance, skema pembiayaan usaha perkebunan. Ini sesuai pengalaman kami seperti di Program Amarta dulu. Kita bermitra dengan Bank BTPN dalam tahun 2008 lalu dan berhasil mendongkrak produksi karena kita belikan petani pupuk dan didampingi," kenangnya.

Selain itu, Amin juga optimis bahwa makin banyak petani kakao yang bertambah kapasitasnya termasuk yang telah disekolahkan di Sekolah Lapang PBK di beberapa kabupaten di Sulawesi dalam tahun 2000-an merupakan modal untuk mulai mengintensifkan program perkakaoan nasional maupun lokal.

Muhammd Amin (dok: pribadi)
Muhammd Amin (dok: pribadi)
"Dampaknya bisa kita lihat dari banyak kelompok yang masih berkutat dengan kakao. Ada pembudidaya bernama Pak Suragi di Desa Tolada, Kecamatan Malangke, Luwu Utara mantan  petugas perkebunan dan sampai sekarang berhasil karena konsisten GAP-nya. Dia masih bisa dapat 3 kilogram perpohon per tahun," tambahnya lagi.

"Apa kuncinya? Harus ada rujukan, harus ada skedul aplikasi produk, baik jadwal pemupukan maupun jadwal pengendalian hama dan penyakit agar semuanya tepat sasaran. Ini yang merupakan bagian dari pendampingan yang sering disebutkan itu," katanya.  

"Tentang pendampingan oleh LSM atau fasilitator dari luar, petani kakao akan sangat terbantu jika ada pihak luar yang membantunya mengamati dan memeriksa proses produksinya. Bukan hanya teknis tetapi juga fasilitasi mencari jalan keluar dari persoalan yang ada," urainya.

Amin menjelaskan bahwa saat ini produksi kering biji kakao per pohon sampai 100 buah. "Bahkan lebih kalau menggunakan klon MCC-02 atau 45 yang ada di Luwu Utara," jelasnya.

"Lalu, saya kira, Sekolah Lapang tak lagi prioritas sekarang karena pengetahuannya sudah di atas rata-rata. Kakao bisa berbuah sepanjang tahun, jadi bisa lebih banyak produksinya jika petani mau menerapkan konsep budidaya tanaman yang benar, tepat serta telaten. Dengan mindset bagus, Insya Allah memuaskan hasilnya, kalau cuma 2 ton masih biasa-biasa saja, bisa lebih," lanjutnya.

"Angka 2 ton perhektar belum maksimal. Harusnya masih bisa ditingkatkan sepanjang tahun yang penting petani mengerti apa maunya tanaman. Jangan asal, jangan asal pangkas, asal pupuk, asal penyemprotan dan asal panen. Itu naman asal bertani," tegasnya.

"Jadi kalau saya ditanya kenapa petani belum maksimal produksinya karena biasa-biasa saja. Ini karena laku petani itu sendiri yang membuat tanamannya biasa-biasa saja. Harus ada terobosan dan kesungguhan untuk berkebun kakao," katanya.

Bagi Amin, produksi kakao idealnya manakala setiap pohon menghasilkan 3 sampai 4 kilogram biji kering. Kalau 1 hektar isi 800 pohon berarti 3 800 ini sama dengan 2400 kg per tahun  atau kalau 4 kg perpohon bisa sampai 3200 kg per ha per tahun," urainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun