"Yang dibantukan adalah bangunan kantor dan tempat proses pemilahan  sampah. Ada juga motor, pengepakan, plastik, penimbangan. Nilai bantuan 75 juta, di atas lahan swakelola," kata Nurhayati, ketua kelompok pengolah sampah.
Di tempat terpisah, ketua PIU Kota Makassar, yang juga Kadis Perikanan, A. Rahman Bando mengatakan bahwa beragam kegiatan tersebut membuktikan bahwa Makassar sangat inovatif dalam melihat potensi dan mencari peluang usaha.
Di ujung tulisan ini saya ingin memasukkan pertanyaan analitik saya pada Kepala Dinas Perikanan Kota Makassar, A. Rahman Bando, sosok yang disebut salah satu yang inovatif di antara mitra kerja CCDP-IFAD.
"Apa inspirasi bagi bapak atas pelaksanaan CCDP selama 5 tahun ini?" tanyaku.
"Pengalaman dari Parangloe itu menunjukkan ke kita, bahwa kita bisa inovatif untuk memanfaatkan bantuan CCDP dan berkontribusi pada program Pemerintah Kota Makassar, apalagi laut kita selalu jadi tempat pembuangan orang-orang yang rendah kesadaran lingkungannya. Program 'sampah tukar beras, atau pulsa dan lain sebagainya ini merupakan hal menarik. Harusnya bisa terus ditumbuhkembangkanm" paparnya.
"Tanpa mereka, kita tidak bisa seberhasil ini," katanya saat ditemui penulis di Kantor Bappenas di Jakarta, pada minggu pertama Oktober lalu.
***
Begitulah cerita tentang bagaimana menjadi pendengar, penanya dan penulis hal-hal faktual berkaitan dengan satu ikhtiar. Satu proyek yang melibatkan banyak orang dan menyasar warga pesisir dan pulau yang rentan secara sosial, ekonomi dan lingkungan.
Setelah membaca narasi di atas, nampaknya kita bisa yakin bahwa pendekatan dan luaran CCDP sungguh sangat menggembirakan atau berada di jalur yang tepat, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H