Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

CCDP-IFAD dan Pengakuan dari Pesisir Lombok Barat

19 November 2017   23:41 Diperbarui: 20 November 2017   00:10 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelayan Batu Layar saat berbagi cerita dengan tim evaluasi (foto: Kamaruddin Azis)

"TPD ikut mengajak perempuan-perempuan di sini untuk mempunyai pekerjaan. Saat suami melaut, kami dimotivasi untuk juga ikut menambah pendapatan keluarga," katanya.

"Bantuan untuk kelompok perempuan di sini banyak tetapi yang bisa kami cerita yang di tahun 2016, ketika CCDP masuk ke sini," ujar ketua kelompok perempuan di Batu Layar.

"Kami ambil ikan dari nelayan, kami bersihkan, buang insang dan kukus. Setelah itu membuang kulitnya lalu dipisah daging dan tulangnya. Dibumbui dan di-spinner," katanya. CCDP mebantu mereka untuk pengadaan spinner, pemilet, wajan, kompor gas, panci, hingga pisau dan Sendok.

Beberapa meter dari tempat tadi, belasan pria duduk melingkar. Mereka duduk takzim sembari berbagi cerita dengan perwakilan kantor pengelola proyek CCDP-Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Dr. Sapta Putra Ginting dan tim CCDP-IFAD, salah satunya Graeme McFadyen.

Salah seorang anggota kelompok penerima bantuan bernama Mahlil (36 tahun) bercerita.

"Kalau saya, terakhir kali melaut pada hari Sabtu, pada 3 Oktober, dapat nilai jugal 900ribu," tambah Mahlil.

 "Tapi tangkapan ikan tidak menentu. Minggu lalu hanya dapat dua ekor, nilainya paling 16 ribu sementara biaya ke laut 50 ribu. Meski begitu kita senang saja," katanya.

"Sebelumnya, tiga hari lalu lalu, kami dapat banyak sekali, harga jualnya hingga 4 juta lebih," kata Joko (40 tahun) nelayan lainnya.

Bersama generasi muda Batu Layar (foto: Kamaruddin Azis)
Bersama generasi muda Batu Layar (foto: Kamaruddin Azis)
Nelayan-nelayan tersebut membeli alat perikanan di Ampenan, kadang di Senteluk.

Menurut cerita Muslih (33 tahun), usaha perikanan di Batu Layar menganut sistem bagi hasil.

"Ada bagian untuk perahu, ada untuk nelayan. Jadi kalau dapat 200ribu, 150 dibagi dua, sedang 50ribunya untuk BBM," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun