"Kalaupun ada paling satu dua saja, lebih banyak diekspor atau dikirim ke Tanjung Pinang," kata Affan, warga Tarempa yang tinggal di sisi pasar.
Cerita Kim
KIM Fung (52), duduk di atas cold box. Jemarinya membilang lembaran uang 50 ribu lalu diserahkan ke pria yang berdiri di depannya. Transaksi baru saja selesai.
Di ruangan seluas 3 x 4 meter itu, Kim memulai pagi seperti biasa. Dia dibantu dua anak muda. Keduanya menimbang ikan, mengatur dan mengisi es peti yang siap dikirim ke Tanjung Pinang. Pagi itu, satu persatu nelayan membawa ikan ke lapak Kim. Salah satunya Adi itu.
Di lantai kayu berserak ikan-ikan ekor kuning, ekor hijau. Ada pula kakap dan kerapu. Kim menyebut bahwa ini pertanda bahwa Anambas punya banyak ikan karang. Seorang pria menggendong anak kecil datang dan mencari ikan tenggiri. Kim berdalih bahwa saat ini ikan tenggiri tidak ada di tempatnya.
"Tidak ada, bulan ini belum ada, belum musim," katanya dengan akses Melayu nan khas. Menurut Kim, ikan tenggiri memang merupakan ikan khas Anambas dan bisa mencapai Rp 70 ribu/kilo. Pria yang mencari tenggiri itu berlalu dan meraih ikan kerapu merah terang di lantai pasar di depan lapak Kim.
Kim adalah salah satu toke pembeli ikan di sekitar Pasar Ikan Tarempa. Ada pula Wahyuddin, Jufri, dan Muslim.
Jika Kim membeli beragam ikan, pelagis maupun ikan dasar, Wahyudin khusus pada ikan tongkol. Jika Kim membawa ikannya ke Tanjung Pinang, Udin mengirimnya ke Pemangkat, Kalimantan Barat. Kim menyewa tempat usahanya itu dari Pak Titi. Nilainya belasan juta. Dia punya puluhan coldbox.
"Harus banyak sebab sebab perputarannya hingga 20 hari pak," katanya kepada penulis.
"Kita masih terkendala proses pengiriman ikan keluar Tarempa," aku Kim. Menurutnya, selama ini, dia mengirim ikan melalui kapal kargo, atau kapal barang yang sering hilir mudik, Tarempa - Tanjung Pinang. Namun belakangan ini tak semudah dulu.