Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fasilitator Melati Membaca Selaru

28 Mei 2016   10:01 Diperbarui: 28 Mei 2016   10:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mele mendengar bahwa hampir semua desa di Pulau Selaru memiliki potensi dan membudidaya rumput laut kecuali Desa Kandar karena posisi lebih condong ke arah Timur. Mele juga mencatat bahwa selama ini, bantuan yang pernah diberikan untuk kelompok tangkap dan budidaya di Pulau Selaru di antaranya jaring nylon dari DKP, paket budidaya RL Rp 65.000.000 per kelompok pada tahun 2015 hingga longboat 15 GT di Desa Eliasa tahun 2015 dan 6 GT di Desa Fursui tahun 2015.

Minggu pertama di Selaru membuat Mele kian antusias membaca peta sosial di pulau penting ini.

“Minggu pertama saya menginap di Desa Lingat. Bersosialisasi dengan warga desa Lingat. Mengenal anggota, mengetahui status terkini PLTS dan kelompok. Saya mengumpulkan poin-poin informasi kelengkapan profil pulau. Lalu stay di Desa Eliasa,” tulis perempuan kelahiran Binjai, Sumatera Utara tahun 1987 ini.

Di Eliasa, Mele bertemu dengan kelompok masyarakat pengelola mesin desalinasi serta kelompok abon ikan dan garam Eliasa. Sekali lagi Mele membuka lebar telinganya untuk mendengarkan cerita warga.

“Saya jadi kenal anggota kelompok dan mengetahui status terkini kelompok. Mengumpulkan poin-poin penting. Berkeliling desa mengumpulkan data dan informasi diperoleh data untuk profil pulaa. Terpetakan pula kelompok orang muda di setiap desa,” lanjutnya. Mele telah punya bekal informasi untuk dia olah dan tindak lanjuti.

Tidak saja di desa, Mele melanjutkan anjangsananya dengan berkunjung ke lokasi keramba jaring apung (KJA) Mataksus yang berisi ikan kerapu dengan bibit dari alam. Dia berkoordinasi dengan Kepala bidang pesisir dan pulau-pulau kecil—Dinas  Kelautan dan Perikanan MTB, berkoordinasi dengan kepala seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, berkoordinasi dengan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa MTB serta berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi. Mele tidak luput mengamati interaksi antara kelompok peserta lokakarya diversifikasi produk olahan hasil perikanan yang sedang praktik membuat tortilla dari bahan dasar jagung dan rumput laut termasuk produk hasil olahan kerupuk, jelly drink dan es krim rumput laut.

Mele ingin memperoleh data dan informasi sebanyak mungkin dari para pihak. Menatanya dan mengkategorinya untuk jadi simpul-simpul perhatiannya. Kelak.

Sebagai pendatang yang tertarik bekerja di tengah masyarakat pulau-pulau kecil terluar, Mele tak lupa sowan ke kepala desa atau tokoh masyarakat desa. Berkunjung ke Kandar, lapor diri ke Desa Werain, ke Fursui, ke Kades Eliasa dan berkoordinasi tentang keikutsertaan teknisi kelompok PLTS Desalinasi Eliasa ke Jakarta untuk mengikuti Bimtek Teknisi 25-30 April 2016.

Mele ingin membangun pertemanan dengan siapapun di Selaru. Inilah tips penting yang bagi Mele sebagai prasyarat diterima oleh warga. Setelah lebih banyak mendengar dan bertanya, Mele merasa telah diterima dengan baik dan tulus oleh warga setempat, oleh tokoh desa.

“Saya juga kerkoordinasi dan lapor diri di Desa Namtabung dan berkawan dengan kelompok nelayan bersama tim Penyuluh Perikanan Bantu,” ungkapnya. Selama bulan pertama penempatan ini Mele membaca dukungan pihak luar untuk pembangunan Selaru seperti adanya PT. Inpex di Desa Adaut Pulau Selaru. Yang mendorong pertanian organik.

Untuk memperoleh gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat Selaru, Mele mulai menukik dan mencoba melihat aktivitas jual beli ikan di Adaut. Melihat realitas di relung kehidupan warga, seperti mengecek harga ikan, asal ikan hingga jalur-jalur pemasaran. Informasi penting di antaranya aktivitas kelompok yang telah berjalan sesuai mekanismeAda jumlah kelompok pembudidaya rumput laut di Desa Lingat ada 4 kelompok, di Werain 4 kelompok, di Desa Fursui 4 kelompok dan Desa Eliasa 4 kelompok.  Komunikasi antara Mele dan pejabat di DKP membuat dia sadar bahwa sebagai fasilitator harus saling sokong dengan Penyuluh Perikanan Bantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun