[caption caption="Perahu pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa"]
Nun lampau, dapat terjabarkan semisal, jika keadaan masih dapat diselesaikan dengan lisan, para perantau menggunakan lidah untuk bernegsosiasi. Inilah cara memenangkan hati dengan ucapan santun dan lembut. Jika ini belum mempan, dipergunakanlah ujung kemaluan yang diejawantahkan dengan perkawinan. Dulu, jika ini masih juga gagal, dan yang didatangi tak membuka peluang, maka ini dilanjutkan dengan peperapangan.  Budaya Tallu Cappa adalah falsafah hidup, berhubungan dengan kualitas budaya siri’ na pacce atau rasa malu dan kesetiakawanan. Tallu Cappa’ adalah pedoman dan strategi pada ragam kehidupan: sosial, ekonomi, kekuasan dan politik.
Cerita di atas mengantarkan saya pada pemahaman bahwa secara turun temurun, relasi Bugis Makassar dengan kampung-kampung di pesisir Sumatera dan Kalimantan berlangsung langgeng dan konstruktif hingga kini. Juga di Tanah Jawa, di Tanah Pasundan, Sunda Kelapa, Malang, Yogyakarta hingga Jakarta.
Jika demikian adanya, Daeng Aziz dan Ahok harusnya bisa duduk bersama untuk mencari solusi, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H