Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Deteksi Dini Kanker Payudara

2 Januari 2023   21:28 Diperbarui: 2 Januari 2023   22:08 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deteksi Dini Kanker Payudara

Alhamdulillah, saya, istri dan putri bungsu bersyukur telah mengikuti Bakti Sosial Kesehatan 2022, yang digelar Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dengan MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta.

Acara ini berlangsung di Hall Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis 15 Desember 2022 lalu, juga digelar webinar nasional "Deteksi Dini Kanker Payudara" bersama dr. Nanda P. Chintia dari MRCCC.

Terima kasih IKWI, PWI dan MRCCC. Dengan demikian, saya dan keluarga bisa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai apa itu penyakit kanker payudara.

Kenapa bersyukur dan berterima kasih? Jawabnya kanker bagi keluarga kami mempunyai kisah tersendiri. Ibu saya, mertua laki-laki, meninggal setelah berjuang melawan kanker. Kini putri saya (anak cucunya), sudah dua kali operasi tumor karena ada benjolan di payudara.

Sekali waktu saya, istri dan putri saya diundang ke acara kampanye "Peduli Kanker Payudara" yang digelar oleh komunitas Blogger, bekerja sama dengan Pink Ribbon, komunitas peduli kanker payudara. Bentuknya talkshow dan ada sesi tanya jawab.

Acaranya berlangsung di kawasan Sarinah Jl. Thamrin Jakarta Pusat, kemudian berlanjut dengan gerak jalan santai sepanjang jalan. Maka jalan protokol Jakarta,  Sudirman - Thamrin dalam sekejap berubah jadi warna pink.

Yang terjadi, sedikit heboh. Peserta bertanya, "koq ada pria di tengah kaum Hawa ikut bahas soal kanker?". Narasumber yang di antaranya dokter dan mantan pasien kanker payudara, sempat bingung menjawabnya.

"Nggak apa-apa koq. Jangan dikira hanya kaum perempuan yang terkena kanker payudara, pria juga bisa loh. Memang jumlah sih sedikit, hanya sekitar satu persen dari jumlah kasus yang ada," kata narasumber.

Nah, itulah salah satu alasan saya "ngotot" ikut bergabung. Di samping memang banyak pertanyaan yang mengusik. Benarkah penyakit kanker payudara yang banyak diderita kaum wanita dapat disembuhkan? Dengan cara apa dan berobat ke mana?

"Benar. Penyakit kanker payudara bisa disembuhkan, apabila sudah terdeteksi lebih dini dan mendapatkan terapi penyembuhan dari tenaga dokter ahli," kata dokter Nanda P. Chintia dari MRCCC.

Dokter Nanda berbicara hal tersebut dalam webinar kesehatan bertema "Deteksi Dini Kanker Payudara", digelar Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta.

Yang bapak-bapak hanya pemeriksaan umum, gak sampai periksa payudara koq hehe..(Foto Nur Terbit)
Yang bapak-bapak hanya pemeriksaan umum, gak sampai periksa payudara koq hehe..(Foto Nur Terbit)

Lebih jauh dr. Nanda menuturkan untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara pada seseorang, dapat dilakukan dengan dua cara yakni "Sadari" dan "Sadanis".

Yakni periksa payudara sendiri (Sadari) yang dilakukan sebulan sekali, yakni pada hari ke-7 sampai dengan ke-10 dari hari pertama haid. 

Sementara periksa payudara klinis (Sadanis) dilakukan oleh dokter atau tenaga medis terlatih, satu hingga dua kali setahun.

"Setidaknya terdapat beberapa tanda-tanda pada payudara yang dapat dilihat secara kasat mata. Hal inilah yang harus diwaspadai sebagai ciri-ciri adanya kelainan kanker payudara," kata dr Nanda.

Di antaranya, adanya perubahan ukuran maupun bentuk payudara. Adanya perubahan warna pada payudara maupun puting.

Antara lain dengan adanya gumpalan ataupun benjolan. Baik di salah satu maupun kedua payudara, juga ada pembengkakan di area ketiak ataupun payudara, atau keluar cairan dari putting.

Dokter Nanda dan pasien yang berkonsultasi (foto Nur Terbit)
Dokter Nanda dan pasien yang berkonsultasi (foto Nur Terbit)

Selain itu, adanya perubahan letak puting. Misalnya cekung ke dalam, adanya perubahan tekstur payudara seperti bersisik ataupun kemerahan. 

Pada beberapa kasus, kata dr. Nanda, timbul rasa nyeri pada payudara. "Jika gejala tersebut didapati pada payudara, segera menemui dokter," ujarnya mengingatkan.  

Untuk benjolan atau yang disebut tumor yang ditemukan pada payudara, tambahnya, memang tidak selalu merupakan kanker. 

Setelah melalui pemeriksaan, akan diketahui apakah tumor tersebut jinak atau ganas. Tumor jinak berupa kista, Fibroadenoma Mamae (FAM), Lipoma dan lainnya. 

"Namun, jika ganas, maka tumor tersebut merupakan kanker," kata dr Nanda lagi.

Karena itu, langkah selanjutnya dokter akan melakukan serangkaian terapi untuk penyembuhan, mulai dari pembedahan, sistemik, hingga radiasi. 

"Sebaiknya pasien mematuhi rangkaian terapi yang diberikan dokter agar dicapai kesembuhan," kata dr. Nanda.

Saya, Niken Suri, Rabiatun Drakel, kami tiga sekawan wartawan anggota PWI bertemu di acara IKWI Pusat (foto dok Nur Terbit)
Saya, Niken Suri, Rabiatun Drakel, kami tiga sekawan wartawan anggota PWI bertemu di acara IKWI Pusat (foto dok Nur Terbit)

Berdasarkan data statistik, dalam lima tahun terakhir di Indonesia terdapat lebih dari 200.000 kasus kanker payudara.

Pada tahun 2020, dari 70.000 kasus kanker payudara, sekitar 22.000 kasus berakhir dengan kematian.

Dengan demikian, penyakit kanker menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Bahkan kanker payudara menduduki peringkat tertinggi, atau 11,6% dialami wanita. 

Untuk itu, sangat penting dilakukan deteksi dini kanker dengan dua hal, yakni periksa payudara sendiri (Sadari) dan periksa payudara klinis (Sadanis).

Data GLOBOCAN, International Agency for Research of Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2018 diestimasi ada 18,1 juta kasus kanker baru. 

Terdapat 9,6 juta kematian di seluruh dunia. "Di antaranya disebabkan oleh kanker di seluruh dunia," kata dr. Nanda P. Chintia. 

Kanker Payudara di Indonesia

Selama ini masyarakat khususnya kaum wanita, menganggap bahwa kalau ada benjolan di payuradara itu pasti tumor. Gejala awal menuju kanker.

Bagi wanita, kata tumor itu cukup menakutkan. Sebab tumor bisa jinak atau ganas, apalagi kalau memang sudah pernah diperiksakan ke dokter dan dinyatakan bahwa itu memang terkesan tumor ganas. 

"Mereka berpikir, wah ini bahaya. Tumor itu kan adalah penyakit yang akan membutuhkan biaya pengobatan dokter yang mahal nih," kata Indah Kirana, Ketum IKWI Pusat di ruang kerjanya, Gedung Dewan Pers, Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Dokter Nanda dan Ibu Indah Kirana pada penyerahan kenang-kenangan didampingi pengurus IKWI (foto dok panitia)
Dokter Nanda dan Ibu Indah Kirana pada penyerahan kenang-kenangan didampingi pengurus IKWI (foto dok panitia)

Hal tersebut disampaikan Indah Kirana mengutip cerita beberapa wanita saat organisasi yang dipimpinnya menggelar acara "Deteksi Dini Kanker Payudara" pertengajan Desember 2022 lalu.

Istri dari Ketum PWI Pusat ini pun lalu melanjutkan ceritanya. Katanya, dari pemahaman tersebut banyak wanita akhirnya memilih cara lain dengan pengobatan alternatif.  

Kemudian mereka menunggu sebulan, dua bulan hingga tiga bulan, ternyata tumor yang ada di payudaranya itu ganas sekali. Dalam masa tiga bulan itu adalah sudah masuk stadium empat.

"Jadi masyarakat kita banyak yang seperti itu. Mereka takut kalau mau ke dokter. Akhirnya lebih memilih pengobatan alternatif," kata Indah Kirana.

Karena itu, tagert yang ingin dicapai dari program bakti sosial IKWI ini agar sebagai keluarga pers bisa mendapat wawasan dari apa yang disampaikan oleh tim dokter yang menjadi narasumber.

Misalnya dari penjelasan dokter di acara webinar soal pemeriksaan, jika ditemukan ada benjolan di payudara, maka jangan terburu shock, panik tapi bagaimana cara menghadapinya. 

Salah satunya, dengan cara melakukan pemeriksaan Sadanis (pemeriksaan payudara secara klinis). Jangan terlalu percaya informasi atau berita yang bersifat hoax.  Misalnya, berobat alternatif.

Undangan webinar IKWI Pusat (Repro Nur Terbit)
Undangan webinar IKWI Pusat (Repro Nur Terbit)

Kebetulan, katanya, tim dokter yang menangani pemeriksaan saat bakti sosial kesehatan IKWI Pusat sat itu, adalah dari MRCCC SIloam Hospital Semanggi, Jakarta Selatan.

Webinar dengan topik Deteksi Dini Kanker Payudara ini dipilih karena berdasarkan data statistik, dalam lima tahun terakhir di Indonesia terdapat lebih dari 200.000 kasus kanker payudara.

Seperti diketahui, pada tahun 2020 misalnya, dari 70.000 kasus kanker payudara, sekitar 22.000 kasus berakhir dengan kematian. 

"Mudah-mudah dari webinar yang kita gelar tentang deteksi dini kanker payudara, bisa mendapatkan pengetahuan atau informasi penting dalam menambah wawasan kaum wanita tentang kanker payudara," kata Indah Kirana. ***

Salam : Nur Terbit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun