Di awal tulisan ini, saya menyebut "kalau di tempat lain ada polisi nembak polisi, di sini ada wartawan "nembak" wartawan. Itulah yang saya alami "ditembak" oleh senior saya Bang Syahdanur wartawan yang tak kenal pensiun itu.Â
Artinya dengan "ditembak" dengan buku, saya jadi kembali bersemangat untuk memulai lagi menulis. Terutama buku. Buku kenangan bersama Harmoko, saya mau terbitkan dari kumpulan tulisan para wartawan senior. Doakan ya!
Lalu tiba-tiba Senin sore 19 Juli 2022, saya menerima kiriman buku "Wartawan Bersuara Merdeka" dan Bang Syahdanur. Saya baru sempat membaca sepintas, dari daftar isi, nama penulis hingga prolog dan epilognya. Tapi dari semua cerita di atas, baru sebagian kecil dari isi buku tersebut.
Bahkan, ada yang tidak diulas di buku tersebut, tentu saja soal percintaan saya bersama Neta dengan gadis aktivis di Jakarta Utara di episode "asmara segi tiga" itu. Biarlah menjadi kenangan tersendiri bagi kami, sebagai bumbu kehidupan dalam menjalani profesi wartawan.Â
Memang tidak tabu untuk diceritakan, tapi tabu untuk diketahui oleh "orang rumah" Yang pasti, sangat tabu jika saya tidak mengucapkan terima kasih kepada Bang Syahdanur atas kiriman bukunya. Juga teman-teman mantan wartawan "Merdeka" sebagai penulis buku, kalian telah melengkapi koleksi perpustakaan saya di rumah, juga pelengkap wawasan adik-adik wartawan muda atau calon wartawan.
Sekian. SalamÂ
Nur Aliem Halvaima #NurTerbit
Bekasi, Selasa 19 Juli 2022.
Foto2 ; buku "Wartawan Bersuara Merdeka" yang editornya Bang Syahdanur dan Neta S Pane . Buku lainnya kenangan bersama Harmoko yang saya mau terbitkan dari kumpulan tulisan para wartawan senior. Doakan ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H