Hal ini bisa dimaklumi, sebab musisi daerah belum tahu bagaimana cara memproduksi musik yang sudah bagus ini menjadi baik. Mulai dari sisi penampilan, teknis, performa dan lain sebagainya.
DAKWAH ERA MILENIAL
Diakui atau tidak, musik adalah bahasa jiwa. Dapat dirasakan kelembutannya. Bisa digunakan sebagai media dakwah di era milenial, dimana kini sudah berubah media yang digunakan berdakwah.Â
Sekarang berdakwah sudah bisa melalui smartphone atau telepon pintar, bahkan bisa berdakwah dengan jangkauan lebih luas melalui dunia cyber. Dikemas sedemikian rupa melalui media sosial. Artinya, musik bisa dijadikan sebagai wahana dakwah.
Salah satu contoh yang paling terbaru, yang menjadi favorit sekarang ini di channel Youtube, adalah musik. Terutama di kalangan generasi milenial, yang populer disebut. "generasi zaman now".Â
Contoh kelompok musik dakwah "Sabiyan" dengan vokalisnya bernama Anisa. Pada bulan puasa Ramadhan silam, kelompok musik ini bisa mengumpulkan viewer (jumlah penonton) jutaan di internet, dalam dan luar negeri melalui Youtube. Videonya jadi viral di media sosial.
Karena itu, kita perlu memikirkan bagaimana musisi berkolaborasi dengan ulama. Bagaimana menciptakan konten musik sebagai penyeimbang. Khususnya untuk menjawab tantangan dakwah di era milenial.
Musik dalam Islam itu, juga universal, bisa bergerak melalui lintas batas. Nabi Muhammad SAW saat hijerah dari Mekah ke Madinah, menyanyi dalam bentuk syair dengan alunan musik. Memberi semangat kepada kaum Muslim, terutama kepada perajurit perang yang tengah berjuang di medan laga.
Di kalangan santri di lingkungan pondok  pesantren, lagu anak santri "lir Ilir" juga sangat akrab bagi mereja. Hal  ini yang mendorong budayawan Emha Ainun Najib ikut mempopulerkan.
Berikut salah satu lagu daerah Minang, Sumatera Barat berjudul "Kampung Nan Jauh Di Mato" ciptaan Oslan Husein, dinyanyikan (cover version) dalam versi anak oleh cucu saya Senandung Aqila Akbar :