Omar adalah "Daeng Umar" (sapaan bagi orang Makassar), pria asal Gowa, salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Tidak ada yang istimewa. Sama saja dengan pria Makassar lainnya.
Namun "Si Daeng" tiba-tiba jadi terkenal dan fotonya sempat viral di media sosial. Itu karena prosesi lamaran atau tunangan yang dia lakukan. Betapa tidak, Omar meminang wanita Bugis bernama Aqilla Nadya.Â
Kejadian yang juga menarik perhatian para netizen ini, terjadi di Kabupaten Soppeng Sulsel awal Februari 2020 silam.
Tidak tanggung-tanggung. Dia memberikan "Uang Panai" sebesar Rp 3 miliar saat melamar Aqila.Â
Selain "Uang Panai" 3 miliar, juga masih ada lagi penyerahan perhiasan berupa berlian serta satu unit rumah.Â
Nah itulah keunikan tradisi Uang Panai di kalangan suku Bugis-Makassar. Keunikan tersebut menginspirasi saya menulis di blog pribadi saya nurterbit.com dengan judul : "Uang Panai di Makassar Kenapa Mahal?"
APA BEDANYA UANG PANAI, MAHAR ATAU SESERAHAN?
Secara umum yang orang ketahui, uang panai, sering juga ditulis "panai" atau "panaik", merupakan uang yang wajib diserahkan pihak pria ke keluarga pihak wanita yang akan menjadi istrinya.Â
"Uang Panai" ini berbeda dengan mahar ataupun seserahan. Ketika sudah diberikan pada pihak calon istri, uang panai sepenuhnya untuk keluarga pihak wanita.
Sosiolog dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Rahmat Muhammad, mengatakan uang panai yang dikenal dalam tradisi pernikahan masyarakat Bugis-Makassar ini sejatinya, merupakan perlambang penghormatan terhadap kaum wanita.
Atau secara spesifik, sebagai penghormatan calon suami terhadap calon istri.