Mohon tunggu...
Lauw Charlie
Lauw Charlie Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan swasta

Saya seseorang yang sangat suka mendengarkan musik, membaca artikel-artikel yang menarik, dan baru memulai menulis untuk menambah wawasan baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Joyce Meyer, Pribadi yang Dipulihkan untuk Memulihkan Orang Lain

3 Desember 2024   13:55 Diperbarui: 3 Desember 2024   14:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Joyce Meyer, merupakan salah seorang tokoh yang dikenal sebagai penulis dan penginjil Kristen, serta juga presiden pemimpin dalam Joyce Meyer Ministries. Meyer dan suaminya, Dave, memiliki empat anak yang sudah dewasa, dan tinggal di luar St. Louis, Missouri. Pelayanananya berkantor pusat di dekat pinggiran St. Louis di Fenton, Missouri.

Biografi:

Evangelist Joyce Meyer merupakan salah seorang pekabar Injil terkemuka di dunia. Meyer telah menulis lebih dari 70 buku dan merupakan salah satu penulis terlaris menurut surat kabar New York Times.

Semenjak kecil Meyer sering dianiaya secara seksual oleh bapaknya sendiri seorang veteran perang dunia ke 2. Kehidupannya yang tidak bahagia membawa dia untuk mempunyai iman yang lebih dalam pada Tuhan. Suatu hari ketika sedang berdoa terus menerus sambil menyetir ke tempat kerjaan di tahun 1976, dia mendengar suara Tuhan memanggil namanya, dan sejak itu hatinya penuh dengan kasih Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Tuhan.

Joyce Meyer adalah anggota gereja Lutheran di St. Louis cabang dari gereja besar Lutheran Church -- Missouri Synod. Dia mulai pelayanannya sebagai guru injil disebuah kafetaria yang lalu menjadi aktif di gereja Life Christian Center, sebuah gereja karismatik di Fenton. 

Dalam beberapa tahun, Joyce telah menjadi seorang pendeta muda di gereja tersebut. Gereja tersebut menjadi gereja terkemuka di daerah tersebut, terutama karena popularitasnya sebagai guru injil. Lalu dia juga mulai mengajar selama 15 menit disebuah radio tiap harinya.

Tahun 1985, akhirnya Joyce memulai pelayanannya sendiri dan programnya diberi nama "Life in the Word", dan menyiarkan pengajaran Alkitabnya di 6 stasiun radio. Tahun 1993 Joyce lalu memulai pengajaran di TV di stasiun TV WGN TV dan BET, setelah itu pelayanan nya dinamai Joyce Meyer Ministries untuk program TV, Radio dan majalah dengan program yang disebut "Enjoying Everyday Life" sampai saat ini.

Joyce Meyer memegang gelar PhD teologia dari Life Christian University in Tampa, Florida. Joyce Meyer Ministries ini kantor pusatnya berada di Fenton, Missouri, USA, dan memperkerjakan lebih dari 500 orang di 15 kantornya di seluruh dunia seperti Australia, Canada, Rusia, India, Uganda, South Africa, Thailand, Germany, England, dan MiddleEast.

Jadi dari Joyce Meyer Ministries, bukan hanya bergerak di bidang kerohanian saja, tetapi juga melayani dalam bidang kemanusiaan,yaitu Hand of Hope, yang merupakan salah satu bagian dari Joyce Meyer Ministries. Berikut ini adalah link untuk Website: https://joycemeyer.org

 Akan tetapi, pada masa lalunya, dia mempunyai masa lalu yang kelam, karena di saat, sebelum ia terkenal seperti sekarang, Joyce memiliki masa lalu yang cukup pahit, karena ketika ia masih berusia 12-13 rahun, ia mengalami pemerkosaan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri, dan bahkan itu terjadi sampai usia dia remaja, bahkan itu terjadi sampai sekitar 200 kali tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh ayahnya sampai ia dewasa. 

Bahkan yang telah dilakukan oleh ayahnya membuat trauma, bahkan membuat kepahitan dalam kehidupannya.

Ketika Joyce berumur 12 atau 13, ayahnya memutuskan untuk mengajarinya menyetir mobil. Namun, itu dilakukan bukan untuk kepentingan putrinya. Ia melakukannya agar bisa membawa Joyce ke luar rumah, jauh dari ibunya -- untuk melakukan perbuatan sumbang dengan putrinya itu.

Kadang-kadang mereka pergi ke kuburan, tempat yang jauh dari keramaian. Pada musim panas, Joyce diajak minum sampai mabuk. Lalu, sang ayah akan melampiaskan nafsu bejatnya di kursi belakang mobil.

Joyce Meyer berulang-ulang menuturkan kisah tadi tahun-tahun belakangan ini dalam buku-bukunya dan pada konferensi-konferensinya. Rangkaian kisah tentang perempuan muda yang menjadi korban dari ayah yang suka melecehkan dan menganiaya, ibu yang lemah serta suami pertama yang manipulatif.

Joyce Meyer lahir dengan nama Pauline Joyce Hutchison pada 4 Juni 1943. Ayahnya bergabung dengan tentara sehari setelah ia lahir. Tiga tahun kemudian, sang ayah dipecat dan kembali sebagai pria yang kepahitan, pemarah dan kecanduan alkohol. 

Sejauh yang dapat diingatnya, sang ayah pun mulai menganiayanya secara seksual. Kondisi ini terus memburuk sampai ia remaja. Ibunya tahu persoalan ini, namun memilih bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Meyer sekolah di O'Fallon Technical High School. Segera setelah lulus tahun 1961, ia mengepak barang-barangnya ke dalam mobil Chevrolet 1949 hitam dan meninggalkan rumah keluarganya. "Dalam pikiran saya, saya ingin mengurus hidup saya sendiri sejak saat itu," katanya. Tahun itu ia menikah dengan pemuda pertama yang berminat padanya. Pemuda itu putus sekolah saat kelas lima dan kemudian menjadi penjual mobil freelance (paruh waktu).

Sejak awal pernikahan itu memang amburadul. Suaminya bekerja asal-asalan dan mereka sering berpindah. Suaminya juga sering pergi dari rumah, kadang-kadang sampai berbulan-bulan. Saat ia bekerja sebagai petugas tata buku di sebuah perusahaan, suaminya membujuknya mencuri uang dengan menulis cek palsu. Mereka mencairkan uang itu, lalu minggat ke California.

Umur 21, Meyer mengalami keguguran. Tahun berikutnya, ia kembali hamil. Di tengah udara gerah St. Louis pada musim panas, ia nyaris kehabisan akal sehat. Kondisi pernikahan dan keuangan mereka membuatnya depresi berat. Ia susah makan, sulit tidur, dan lebih sering menelan obat tidur. Beberapa bulan setelah kelahiran anak laki-lakinya, Meyer memutuskan tidak sanggup lagi hidup dengan suami yang tidak setia dan bermasalah dengan hukum.

 Ia kembali ke rumah ayahnya, yang menerimanya dengan senang hati. Dalam keadaan depresi dan kacau, ia mencari hiburan di bar-bar setempat dan mulai tidur dengan pria-pria yang tidak dikenalnya.

Pada akhir 1966, saat sedang mencuci mobil ibunya di depan rumah, ia bertemu dengan David Benjamin Meyer. Setelah lima kali bertemu, mereka menikah di St. Louis pada 7 Januari 1967. Dave pria yang baik hati, pekerja keras dan sangat mencintainya. Namun, kebahagian belum juga merengkuhnya.Saat berangkat kerja suatu pada Februari 1976, di tengah rasa frustasi dan depresi, ia berseru kepada Tuhan.

 Ia mendengar Tuhan memanggil namanya dan memintanya bersabar. Malamnya, ia merasa Tuhan memenuhinya dengan "cairan kasih yang melimpah-limpah." Tidak lama kemudian, ia mulai mengadakan kelas pemahaman Alkitab di sebuah kafetaria.

Semula aktif di Our Savior Lutheran Church, Meyer dan suaminya meninggalkan gereja itu awal 1980-an. Mereka bergabung dengan Life Christian Church, yang saat itu masih beranggota 30 orang. Gereja ini lalu bertumbuh sampai sekitar 3.000 orang, sebagian karena popularitas Meyer. 

Di gereja itu Meyer mulai mengadakan kelas pemahaman Alkitab bagi kaum wanita di rumahnya. Kelas ini berkembang sampai diikuti sekitar 500 orang. Tahun 1983, ia mulai diminta berkhotbah di gereja dan ikut mengisi acara di radio.

Meyer berada di Life Christian selama lima tahun. Ia pamit dari gereja itu ketika Tuhan berkata kepadanya, "Bawalah pelayananmu dan pergilah ke utara, selatan, timur dan barat.". Pada Agustus 1985, Meyer dan suaminya mendaftarkan Life in the Word sebagai sebuah badan nirlaba. Pada awalnya tidaklah mudah. Saat pergi ke konferensi, mereka sering harus tidur di dalam mobil di tempat parkir MacDonald karena tidak mampu membayar sewa kamar motel.

Tahun 1993 Tuhan membukakan kepada Dave tentang arah pelayanan tersebut. Dave pun membulatkan hati untuk menyokong pesan yang disampaikan melalui Joyce, agar bisa go international melalui televisi. 

Acara mereka semula disiarkan di WGN di Chicago dan Black Entertainment Network. Dalam lima tahun, acara itu disiarkan di sekitar 600 stasiun radio dan televisi, tujuh jaringan kabel dan tujuh jaringan satelit. Pada November 1988, Joyce Meyer muncul dalam laporan utama Charisma & Christian Life sebagai "America's most popular woman minister."

Meyer percaya panggilan hidupnya adalah meneguhkan orang-orang percaya di dalam Firman Allah. Dari pengalamannya, ia mendapati bahwa kemerdekaan untuk hidup berkemenangan diperoleh melalui penerapan Firman. Ia yakin, setiap orang yang hidup dalam kemenangan dapat menuntun banyak orang lain menuju kemenangan. Ia mendapatkan gelar Honorary Doctorate of Divinity dari Oral Roberts University di Tulsa, Oklahoma dan PhD in Theology dari Life Christian University di Tampa, Florida.

Di tengah sukses pelayanan dan serangkaian kemenangan pribadi (Meyer sembuh dari kanker payudara pada awal 1990-an dan memperbaiki hubungan yang retak dengan keempat anaknya), ia merasa tantangan terbesarnya bisa jadi adalah menghadapi masa lalunya sendiri. Dua kali ia mendatangi ayahnya, menyatakan bahwa ia telah mengampuni apa yang terjadi dahulu. 

Namun, dua kali pula ayahnya menolak mengakui apa yang terjadi.

Pada November 2000, Meyer dan suaminya membelikan rumah seharga 130.000 dolar bagi orang tuanya. Pemulihan terjadi tiga tahun kemudian ketika mereka berkunjung pada perayaan Thanksgiving. Saat mereka memasuki pintu rumah, ayahnya mulai menangis. 

"Aku ingin mengatakan betapa aku menyesal atas apa yang dahulu kulakukan kepadamu," katanya. Joyce mengampuni ayahnya. Sepuluh hari kemudian, ia membaptis ayahnya dalam sebuah upacara sederhana di St. Louis Dream Center.

Joyce Meyer, adalah salah satu sosok orang yang dapat memberi inspirasi, terhadap semua orang. Karena dari kehidupannya, dimana dalam masa lalu kehidupannya, dia mengalami masa yang cukup pahit dalam kehidupannya. Akan tetapi, Tuhan punya rencana yang berbeda, Joyce Meyer dipulihkan untuk memulihkan sehingga ia telah mengalami pemulihan dalam kehidupannya. 

Ia juga telah mengampuni orang tuanya, bahkan lewat setiap karya tulisnya, dan juga melalui pelayanannya, ia juga membuka suatu motivasi diri bagi orang lain, dapat membuka suatu pola pandang yang baru, dari ketakutan yang ia alami, depresi yang dihadapi, mampu membuka jalan bagi orang-orang yang mempunyai, akar permasalahan yang sama, seperti akar kepahitan, akan masa lalu yang kelam, seakan tiada jalan tetapi ia mau menunjukkan bahwa ketika berjalan bersama Tuhan, selalu ada pengharapan, ada jalan keluar dan Tuhan selalu menyertai kita semua. Dari hidupnya, ia berbagi tentang bagaimana belajar mengampuni, itu membawa dampak perubahan yang besar di dalam hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun