Mohon tunggu...
Dadang Rahmat
Dadang Rahmat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Semester 7 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dikotomi Revolusi Indonesia, Antara Revolusi Nasional dan Revolusi Sosial sebagai Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

29 Oktober 2024   10:00 Diperbarui: 29 Oktober 2024   10:59 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, nyatanya belum mengantarkan Indonesia bisa merdeka seutuhnya. Pasalnya, realitas tersebut terjadi seiring masih adanya intervensi bangsa asing yang masih ingin terus menjajah Tanah Air Indonesia, seperti halnya yang dilakukan oleh Belanda. 

Sejalan dengan yang dituangkan dalam Buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, penaklukan yang dilakukan oleh Belanda telah dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, Pertama, pada abad XVII dan XVIII, yang berakhir dengan penarikan mundur pihak mereka akibat harus menghadapi perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia; ketidaktercapaian mereka sendiri; dan akhirnya dikalahkannya oleh Inggris. 

Kedua, pada abad XIX dan awal abad XX, yang berakhir dengan dikalahkannya mereka oleh pihak Jepang. Ketiga, percobaan yang dilakukan pada rentang waktu 1945-1950—yang mana percobaan ketiga ini mengantarkan pada dikotomi revolusi pasca kemerdekaan di Indonesia sebagai upaya dan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Revolusi yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia telah dilakukan baik pra maupun pasca kemerdekaan, mengingat revolusi ini menjadi instrumen yang digunakan dalam tercapainya kemerdekaan—seperti yang diketahui bersama, bahwa saat pra kemerdekaan telah terjadi berbagai pergerakan nasional, yang mana hal itu menjadi salah satu langkah perjuangan dalam mencapai kemerdekaan yang kemudian revolusi ini berlanjut hingga pasca kemerdekaan seiring dengan berbagai gangguan dan hambatan dalam eksistensi Indonesia sebagai suatu negara yang utuh. 

Secara umum, revolusi dimaknai sebagai suatu pemberontakan secara sadar dengan adanya tujuan didalamnya. 

Hal ini dapat digambarkan dalam upaya dan perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai perlawanan terhadap bangsa asing dengan berbagai metode yang digunakan guna mencapai dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pasca kemerdekaan, revolusi yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia teridentifikasi menjadi dua jenis yaitu revolusi nasional dan revolusi sosial. Kedua revolusi tersebut ujungnya sama-sama sebagai upaya dan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia seutuhnya. 

Jika ditilik dari faktor yang melatarbelakanginya, kedua revolusi tersebut terjadi karena masih adanya intervensi asing yang ingin menjajah kembali Indonesia seiring dengan adanya pembentukan negara-negara boneka. 

Selain itu, revolusi dilakukan sebagai titik balik dalam memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan dari kesenjangan dan ketidakadilan yang terjadi buntut kolonialisme yang dilakukan pada Bangsa Indonesia. 

Disamping itu, Ricklefs (2001) menyebutkan bahwa mayoritas dilakukannya revolusi sosial dipicu karena adanya persaingan yang terjadi antar elite alternatif, antar kelompok kesukuan, kemasyarakatan, atau antar generasi.

Bagi para pemimpin revolusi Indonesia, tujuan dilakukannya revolusi yaitu untuk menyempurnakan dan melengkapi proses integrasi (penyatuan) dan kebangkitan nasional yang telah dilakukan sedari empat dasawarsa sebelumnya (Ricklefs, 2001). 

Secara umum, revolusi bertujuan untuk menjamin suatu kebebasan yang lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat—yang secara khusus, revolusi sosial bertujuan agar masyarakat mampu mewujudkan berbagai kondisi dan kesejahteraan sosial yang dapat naik ke level tinggi moral maupun spiritual melalui usahanya sendiri.

 Lebih lanjut, revolusi sosial dilakukan dalam rangka pembentukan nilai-nilai dan hubungan sosial baru dengan keadaan yang bebas dan mandiri, yang tidak hanya berkaitan dengan restrukturisasi (Berkman, 2001). Hal itu berimplikasi pada metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Baik revolusi nasional maupun sosial, keduanya memiliki metode khas untuk merealisasikan tujuan dilakukannya revolusi. Pada revolusi nasional, metode yang digunakan yaitu melalui perjuangan bersenjata (gerilya) dan diplomasi atau perundingan. 

Sedangkan, revolusi sosial secara besar-besaran menggunakan metode kekerasan sebagai perlawanan dan pemberontakan dalam melakukan perubahan—yang mana pemberontakan tersebut ditandai dengan perubahan penguasa diikuti adanya distribusi kekuasaan atau perubahan sistem kelas sosial (Horton, 1984). 

Sejalan dengan itu, metode yang digunakan dalam revolusi tidak hanya berkutat dalam satu jenis saja, seperti pemberontakan bersenjata atau kekerasan, tetapi menggunakan perundingan atau diplomasi sebagai metode lainnya. 

Hal itu dilakukan sebagai suatu langkah atau strategi yang dilakukan guna mencapai titik temu untuk mencapai kemerdekaan Indonesia seutuhnya, sehingga secara jelas dapat terlihat dari berbagai peristiwa revolusi yang terjadi pada tahun 1945-1950 baik revolusi nasional maupun revolusi sosial sebagai wujud untuk dalam perebutan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa-Peristiwa Revolusi 1945-1950

Pada rentang waktu 1945-1950 berbagai peristiwa terjadi di berbagai daerah dalam upaya dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui revolusi nasional maupun revolusi sosial. Mengacu pada buku Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950, beberapa peristiwa revolusi yang terjadi di Indonesia antara lain sebagai berikut.

Tahun 1945

Insiden Bendera di Surabaya; Pertempuran Kota Baru di Yogyakarta; Pertempuran Lima Hari di Semarang; Kongres Pemuda RI Pertama di Yogyakarta; Pertempuran di Surabaya; Pertempuran Medan Area; Pertempuran Ambarawa; Pertempuran Karawang-Bekasi.

Tahun 1946

Hijrahnya pemerintah RI ke Yogyakarta; Perundingan Pertama Indonesia Belanda; Bandung Lautan Api; Konferensi Malino: Gagasan Pembentukan Indonesia Timur;  Perjanjian Linggarjati; Pertempuran Margarana di Bali; Ladang Pembantaian di Makassar. 

Tahun 1947

Konferensi Denpasar: Lahir Negara Indonesia Timur; Konferensi Inter Asia; Agresi Militer I; Perjanjian Renville.

Tahun 1948

Perundingan Kaliurang; Pendirian Negara Madura; Pembentukan Negara Pasundan; Pendirian Negara Sumatera Timur; Kisruh PKI/FDR di Madiun; Pendirian Negara Jawa Timur; Operatie Kraai (Agresi Militer Belanda II); Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Tahun 1949

Konferensi Asia; Serangan 1 Maret 1949; Perundingan Roem Royen; Pengembalian Mandat PDRI ke Pemerintah Pusat di Yogyakarta; Konferensi Inter-Indonesia; Proklamasi Negara Islam Indonesia; Konferensi Meja Bundar; Solo Kembali; Republik Indonesia Serikat (RIS); Kembalinya Ibukota ke Jakarta.

Tahun 1950

APRA menyerang Bandung; Negara Jawa Timur Bubar; Konferensi Uni Indonesia Belanda I; Huru-Hara Andi Azis; Republik Maluku Selatan; Penumpasan Gerakan AUI di Jawa Tengah; Berakhirnya RIS menjadi Negara Kesatuan.

Selain itu juga, beberapa peristiwa revolusi sosial terjadi di berbagai daerah seperti revolusi sosial di pedesaan, peristiwa tiga daerah (Tegal, Brebes, Pemalang), perubahan sosial atas-bawah di Kerajaan Yogyakarta, revolusi sosial di Aceh, Sumatera Timur, dan Sumatera Utara. 

Berakhirnya Negara Federal  menjadi Negara Kesatuan

Seiring dengan Belanda yang ingin menaklukan seluruh wilayah Indonesia saat itu, maka salah satu upayanya yaitu dengan membentuk negara-negara kecil di Indonesia atau negara boneka sebagaimana yang diusung oleh Van Mook, sehingga saat itu bentuk negara Indonesia yaitu federal. 

Namun, upayanya tersebut tidak berlangsung lama karena adanya revolusi yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia di berbagai daerah—yang akhirnya, bentuk negara federal beralih menjadi negara kesatuan. 

Hal itu terjadi seiring seluruh struktur konstitusional selama revolusi dihapuskan secara resmi yang berimplikasi pada berubahnya bentuk negara, sistem pemerintahan, maupun konstitusi yang dianut Indonesia. 

Disamping itu, Indonesia sulit menerapkan federalisme karena adanya falsafah yang melekat dalam jati diri Bangsa Indonesia yaitu “NKRI Harga Mati”, sehingga untuk mempertahankannya dicetuskanlah otonomi daerah dengan asas desentralisasinya.

_________________________

Dengan adanya revolusi yang terjadi menandakan bahwa Indonesia lahir dari upaya dan perjuangan yang sangat panjang dengan usahanya dan jerih payahnya sendiri. Berbagai dinamika menyertai dalam tercapainya suatu kemerdekaan yang hakiki dengan terlibatnya seluruh elemen Bangsa Indonesia. 

Oleh karena itu, sudah sepatutnya, nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dalam masa revolusi Indonesia perlu diambil sebagai suatu pelajaran berharga yang dapat diaplikasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi era kontemporer ini. 

Sebagai wujud dalam upaya dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, marilah senantiasa untuk berkorban dan berjuang sesuai dengan profesinya masing-masing, sehingga eksistensi Bangsa Indonesia tetap terjaga dan semakin menunjukkan suatu kemajuan kedepannya.

Referensi

Berkman, A. (2001). Anarkisme dan Revolusi Sosial. Jakarta:TePlok Press.

Horton, P. (1984). Sosiologi (Edisi Keenam). Jakarta: Erlangga.

Maeswara, G. (2010). Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950. Yogyakarta: NARASI.

Ricklefs. (2001). A History of Modern Indonesia. Palgrave. yang diterjemahkan oleh Wahono, dkk. (2007). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun