Mohon tunggu...
Dadang Dwi Septiyan
Dadang Dwi Septiyan Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Musik dan Peneliti Pendidikan Seni

Music Addict

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Selera Musik, Manifestasi Preferensi Diri

24 Januari 2024   14:49 Diperbarui: 1 Februari 2024   19:20 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (shutterstock via KOMPAS.com)

Sudah sulit mencari lagu pop yang berwibawa layaknya lagu-lagu pop yang beredar pada dekade 80 atau 90-an. Banyak keluhan, namun masih banyak juga yang suka, karena masyarakat dihadapkan pada pilihan yang "itu-itu saja", seolah tak ada yang lain. 

Citraan saya sebagai kaum muda yang selalu haus akan ragam musik yang belum didengarkan, menjadikan manifestasi ke dalam semangat baru, yakni konsumsi musik yang relevan dengan rasa keingintahuan. Konsumsi musik menjadi praktik signifikansi kaum muda dalam mengonstruksi identitas dirinya. Sebagai kaum muda yang memiliki identitas, kesadaran resistensi terwujud dalam pola konsumsi yang "melawan" mainstream. 

Semangat progresif kaum muda direduksi ke dalam semangat belajar di luar ruang kelas yang paling dapat mereka jangka yaitu "konsumsi". Sikap kritis kaum muda terwujud dalam sebuah praktik konsumsi yang berbeda. Mengonsumsi produk musik dengan kritis pada masa itu dimaknai dengan mengonsumsi jenis musik yang "berbeda" dan resisten terhadap selera mainstream.

Dalam situasi inilah sikap rasa terbuka terhadap berbagai macam jenis musik menjadi tawaran utopia bagi diri saya. Penikmatan berbagai macam jenis musik saya anggap sebagai representasi dari "menjadi berbeda". Dengan demikian, saya merasakan bahwa penikmat musik seperti saya memiliki selera musik yang berbeda dari orang kebanyakan.

Selera musik bukanlah sesuatu yang alamiah dan tidak bersifat netral, maka selera muncul melalui suatu proses pembentukan. Selera tidak muncul begitu saja sejak seseorang dilahirkan, tetapi memerlukan proses pembelajaran dalam pembentukannya. 

Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi proses pembentukan selera seseorang. Bourdieu juga mengatakan bahwa apresiasi terhadap seni membutuhkan proses pembelajaran yang panjang dan bukan hanya kesan sesaat saja. "Sebuah karya seni memiliki arti dan daya tarik hanya untuk orang yang memiliki kapabilitas kultural". 

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa selera musik secara tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan di sini berupa pengenalan dan pembiasaan. Apabila seseorang dikenalkan dan dibiasakan, atau mengalami pembelajaran pada suatu konsumsi budaya seperti musik, hiburan, bacaan tertentu, maka pilihan seleranya akan terarah pada bentuk konsumsi budaya tersebut. 

Misalnya, apabila seorang anak dikenalkan dan dibiasakan oleh orangtuanya mendengarkan musik klasik sejak kecil, maka selera musiknya akan terbentuk pada musik klasik. Pendidikan dalam proses pembentukan selera pada masing-masing kelas sosial memiliki perbedaan. Kalangan elit/kelas atas akan memperoleh proses pendidikan berdasarkan selera kelompok sosialnya, begitu juga sebaliknya di kelas bawah.

Selera tidak datang segampang itu atau sesuatu yang terberikan ke dalam diri seseorang seperti halnya bakat. Selera juga tentu tidak dapat kita pelajari secara formal seperti halnya keterampilan. 

Maksudnya, ketika seseorang menggemari musik punk, tentu saja banyak faktor intrinsik dan ekstrinsik yang membuat seseorang menyukai musik punk. Kemudian jika berbicara selera, apakah itu mempermasalahkan bagus atau tidak bagus, enak atau tidak enak, dan keren atau tidak keren? 

Putusan selera adalah kemampuan untuk memberikan putusan yang tanpa pamrih dan non-konseptual terkait suatu objek yang secara niscaya melahirkan kepuasan secara universal dan secara inheren mengandung tujuan, akan tetapi dievaluasi tanpa mengindahkan tujuan tersebut. Jika kita menganggap suatu karya musik itu indah, maka kita harus memahami keindahan musik itu secara universal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun