Mohon tunggu...
Dadang Dwi Septiyan
Dadang Dwi Septiyan Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Musik dan Peneliti Pendidikan Seni

Music Addict

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Selera Musik, Manifestasi Preferensi Diri

24 Januari 2024   14:49 Diperbarui: 1 Februari 2024   19:20 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (shutterstock via KOMPAS.com)

Kesadaran sebagai warga dunia membuka jalan untuk mengetahui apa yang diinginkan serta mengartikulasikan pelbagai pengaruh dan informasi yang didapatkan melalui media yang beragam.

Selepas mengarungi musik-musik yang sebelumnya, musik emo, reggae, pop melayu, dan metal seolah-olah menjadi "taman bermain" gila-gilaan bagi kaum muda seperti saya. 

Kelompok musik yang sebelumnya telah memiliki penggemar fanatik dengan jumlahnya yang begitu banyak sehingga melahirkan komunitas penggemarnya di setiap penjuru, emo, reggae, pop melayu, dan metal hadir dengan begitu segarnya di telinga saya. Musik-musik tersebut secara psikologis menjadi medium ekspresi baru. 

Di sini saya menganalogikan sebagai khalayak yang datang turut memadati taman bermain baru. Datang untuk mencoba pelbagai wahana permainan, datang untuk sekadar menjadi penonton, dan datang untuk berpacaran, serta datang untuk mencoba mengambil keuntungan dari suasana keramaian, misalnya berjualan atau sekadar menjadi tukang foto keliling bagi pengunjung taman bermain. 

Analogi tersebut mengilustrasikan suasana diri saya yang meriah terhadap musik-musik tersebut. Menjadikan musik emo dan metal sekadar medium berekspresi melalui bermain musik dan menikmati musiknya. 

Mencoba meraih keuntungan dari populernya musik pop melayu dan reggae. Hingga masuk ke dalam manajemen musik yang dipimpin oleh orangtua dari kawan, yang kelompok musiknya mengusung pop melayu dengan sasaran penikmatnya yaitu anak sekolahan. 

Sasaran yang dimaksud yaitu event pentas seni sekolah. Dalam situasi seperti itu saya menjadikan kelompok musik dan musik yang diusungnya sebagai lahan subur bagi perekonomian saya diumur sekitar 15an. Kelompok musik tersebut tumbuh seiring dengan banyaknya aktivitas yang berkaitan dengan panggung musik. 

Event pentas seni sekolah menjadi ruang alternatif bagi ekspresi musikal saya dan secara tidak langsung menjadi arena penting dalam pengembangan kompetensi saya dalam bermusik.

Seiring berjalannya waktu, sebagai kaum muda yang selalu haus akan musik-musik baru. Saya membawa diri saya tuk mulai mencoba menyukai berbagai macam jenis musik, yang pada akhirnya tidak hanya musik yang itu-itu saja. 

Mencoba membebaskan selera dan selalu mengeksplor ide kreatif. Dapat dikatakan telinga saya ini selalu penasaran dengan musik-musik baru seperti musik non-mainstream dan noise music sekalipun. 

Musik pop pada saatnya pasti akan hilang gaungnya. Faktanya, bahwa lagu-lagu pop di Indonesia semakin hari semakin tidak jelas arahnya: melankolis dan sungguh cengeng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun