Imam An Nawawi, Imam Badruddin Al ‘Aini dan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa kedua hadits di atas memiliki dua kemungkinan makna yang paling kuat, yaitu makna hakekat dan makna kiasan.
Makna pertama: Makna kiasan dan aspek kualitas
Tambahan umur dalam kedua hadits ini merupakan bahasa kiasan untuk tercapainya keberkahan pada umur, karena ia mendapat taufiq dari Allah untuk melaksanakan ketaatan, mengisi waktunya dengan hal-hal yang membawa manfaat di akhirat dan menjaga dirinya dari menyia-nyiakan waktunya dengan hal-hal yang tidak membawa manfaat di akhirat.
Makna kedua: Makna hakekat dan aspek kuantitas
Tambahan usia dalam hadits tersebut memiliki makna hakekat, yaitu terjadinya penambahan usia yang sebenarnya, bukan sekedar bahasa kiasan. Penambahan usia ini di sini adalah menurut pandangan malaikat yang mendapat tugas untuk mencatat usia makhluk. Adapun menurut ilmu Allah sebenarnya usia makhluk tersebut tidak mengalami penambahan sedikit pun.
Berkunjung ke famili saat idul fitri
Saat merayakan hari raya idul Fitri, ada kebiasaan rutin yang sering dilakukan masyarakat di sekitar kita, yaitu saling berkunjung ke para kerabat dan teman-teman. Pertanyaannya, apakah hal tersebut diperbolehkan?
Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab:
Saling berkunjung antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari Id adalah perbuatan yang masyru’ (memiliki landasan dalil dalam syari’at). Sebagaimana tertulis dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah:
“Saling berkunjung (antar kerabat, tetangga dan teman dekat pada hari Id) adalah perbuatan yang masyru’ dalam Islam. Terdapat riwayat yang menunjukkan masyru’-nya hal tersebut, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra, beliau berkata: ‘Nabi saw masuk ke rumah, ketika itu aku sedang bersama dua anak wanita yang bernyanyi dengan senandung bu’ats. Lalu beliau bersandar di tempat tidur dan wajahnya menoleh (pada dua anak wanita yang bernyanyi tadi). Kemudian datanglah Abu Bakar…‘ sampai akhir hadits.
Sisi pendalilan dari hadits ini adalah, pertama: terdapat tambahan riwayat dari Hisyam, bahwa Nabi bersabda: “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki Id sendiri, dan hari ini adalah Id kita”. (hal ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi saat hari raya).