Mohon tunggu...
Daaniys Roffi Alexander
Daaniys Roffi Alexander Mohon Tunggu... Guru - Guru di TK Islam Terpadu Al Uswah Tuban

Hobi membacakan cerita, menyukai dunia anak-anak, dan sangat tertarik dengan kepenulisan. Selalu menggali potensi dan wawasan dengan pengalaman-pengalaman berharga. Karena banyak pengalaman membuat kita menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan menebar kebaikan. Experience is the best Teacher.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Menunggu Sehat 4

19 Agustus 2023   18:55 Diperbarui: 19 Agustus 2023   19:24 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pukul 10.00 WIB pagi, seperti biasa aku bersiap mengambil kaca mata hitamku. Dan bergegas menuju halaman belakang rumah.

Sinar matahari yang panas dan sangat bagus untuk berjemur menembus mesra di relung kulitku.

Kurang lebih 15 menit, aku melakukan kebiasaanku ini selama merasakan badanku tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Baca juga: Menunggu Sehat 1

Setelah berjemur, keringat dingin mulai keluar. Dan badanku menjadi hangat, inilah ikhtiarku. Aku ingin sehat, aku ingin melakukan aktivitas normal seperti orang-orang pada umumnya. Tetapi aku juga harus ikhlas menerima takdir yang Allah berikan padaku.

Allah mengujiku dengan sakit, dan aku yakin karena Allah menginginkanku untuk bersabar dengan ujianNya.

Setiap pagi ibu menyiapkan sarapan untukku, banyak sekali pantangan makanku. Dokter memang hanya melarang makan makanan asam dan pedas. Tapi dari referensi dan nasehat dari mantan penderita lambung itu banyak sekali pantangannya.

Baca juga: Menunggu Sehat 3

Nasi putih yang harus lembek, lauk tahu tempe tanpa tepung, tidak boleh telur, menghindari ketan, santan, kopi dan hanya sayuran tertentu yang boleh dimakan. Buah-buahanpun hanya boleh pepaya dan pisang saja.

Dan Alhamdulillah aku bisa menghindari itu semua, tetapi namanya juga manusia terkadang masih juga tergoda. Terkadang keponakan main ke rumah, datang membawa es krim. Ya kepingin nyoba dikit saja, itupun perut langsung terasa nyeri.

Yaa..memang aku yang salah. Seharusnya aku istiqomah menjalankan ini. 

Baca juga: Menunggu Sehat 2

===============

Entah kenapa aku yang sudah enakan beberapa hari ini, merasa ada yang aneh lagi. Beberapa hari tidak bisa tidur lagi, dan tiba-tiba badanku lemas dan tidak berdaya lagi. 

Siapa lagi yang aku curhati, kalau tidak Mbakku. Ibu yang tahu aku merasakan sakit hanya bisa menangis dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Mbak...gimana ini? Apa aku diruqiah ya ? Tanyaku.

"Sebentar, coba di pak Mantri yang di desa sebelah ya. Itu lengganan nya temannya mbak. Kalau dia kumat sakit lambungnya dia langsung diberi obat, langsung bisa tidur lelap. Dan keesokkan harimya sehat. Beliau itu pensiunan tapi dia juga terapis. Barangkali cocok" saran mbakku.

"Ndak ruqiah dulu aja mbak.."pintaku

"Coba ini dulu, barangkali cocok" tegas mbakku.

===============

Sekitar pukul 16.30 WIB, kami beranjak pergi ke klinik praktek pak Mantri. Kami janjian dengan Mbak Setya, teman Mbak yang biasa berobat. 

"Mbak, nunggu dimana ini?"tanya mbakku.

"Ditunggu aja di masjid ungu ya. Nanti aku ke situ" Jawab mbak Setya di ujung telpon.

Tak berapa lama mbak Setya datang, beliau langsung mengajakku masuk. Bertemulah kami dengan Pak Mantri.

"Pak, ini lho adikku sakit.." ucap mbak Setya yang humoris.

"Adikmu yang mana?" sanggah pak Mantri yang sudah kenal mbak Setya karena tahu kalau dia tidak punya adik.

"Sudahlah pak, anggap adik saja. Sakitnya sama kayak saya pak". Jawab mbak Setya yang baik hati itu.

"Coba nduk, duduk. Umurnya berapa? Sudah berkeluarga? Keluhannya apa?" Tanya pak Mantri kepadaku.

"Umur 27 tahun, belum menikah, keluhannya tidak bisa tidur, perut sakit dan dada nyeri" jawabku.

"Sepertinya sakitmu ini karena pikiran ya. Bisa jadi karena belum memiliki pasangan, atau sebab yang lain. Sudah bekerja?" tanya pak mantri lagi.

"Belum Pak, di rumah saja. Bantu-bantu ibu masak dan beres-beres rumah" jawabku apa adanya.

"Wah sepertinya kamu ini suntuk di rumah, harusnya kamu banyak bergaul di luar. Seperti ikut taklim atau pengajian rutinan. Atau kalau dirasa ingin kerja ikut orang itu kurang produktif, lebih baik kerja di rumah. Bebikin kue, atau jual pulsa atau bensin itu lebih bagus tanpa meninggalkan ibu". Saran pak Mantri.

Aku yang sedari tadi hanya senyum dan manggut-manggut saja mendengarkan arahan beliau.

"Ya sudah..coba saya periksa. Berbaring dulu..... Disuntik ndak papa ya? Tanya pak Mantri menawariku.

"Inggih Pak." jawabku dengan senang hati

Setelah disuntik, lanjut pak mantri memberi obat dan tetap menasehatiku.

"Yang terpenting, jangan berlebihan memikirkan sesuatu dan pola makan harus seimbang."pesan beliau lagi.

"Pak......ada obat tidur?"bujukku, karena sudah kepingin tidur normal.

"Ndak ada. Obat tidur itu mengarah ke narkotika, tergolong obat terlarang, ini tak kasih obat saja. Kamu harus bisa mensugesti diri kamu, agar bisa tidur" jawab pak Mantri.

=========

Bersambung....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun