"Adikmu yang mana?" sanggah pak Mantri yang sudah kenal mbak Setya karena tahu kalau dia tidak punya adik.
"Sudahlah pak, anggap adik saja. Sakitnya sama kayak saya pak". Jawab mbak Setya yang baik hati itu.
"Coba nduk, duduk. Umurnya berapa? Sudah berkeluarga? Keluhannya apa?" Tanya pak Mantri kepadaku.
"Umur 27 tahun, belum menikah, keluhannya tidak bisa tidur, perut sakit dan dada nyeri" jawabku.
"Sepertinya sakitmu ini karena pikiran ya. Bisa jadi karena belum memiliki pasangan, atau sebab yang lain. Sudah bekerja?" tanya pak mantri lagi.
"Belum Pak, di rumah saja. Bantu-bantu ibu masak dan beres-beres rumah" jawabku apa adanya.
"Wah sepertinya kamu ini suntuk di rumah, harusnya kamu banyak bergaul di luar. Seperti ikut taklim atau pengajian rutinan. Atau kalau dirasa ingin kerja ikut orang itu kurang produktif, lebih baik kerja di rumah. Bebikin kue, atau jual pulsa atau bensin itu lebih bagus tanpa meninggalkan ibu". Saran pak Mantri.
Aku yang sedari tadi hanya senyum dan manggut-manggut saja mendengarkan arahan beliau.
"Ya sudah..coba saya periksa. Berbaring dulu..... Disuntik ndak papa ya? Tanya pak Mantri menawariku.
"Inggih Pak." jawabku dengan senang hati
Setelah disuntik, lanjut pak mantri memberi obat dan tetap menasehatiku.