Mohon tunggu...
Anton Da Karola
Anton Da Karola Mohon Tunggu... Freelancer - | tukang foto | tukang kliping

Citizen journalist from South Sumatera.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Pertama di Akhir Media Massa

16 Desember 2020   13:34 Diperbarui: 16 Desember 2020   13:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya lelaki ganteng atau perempuan cantik saja yang kisah cintanya romantis, yang jelek minggir ke jurang. Itulah mengapa kisah cinta para remaja berakhir tragis di koran halaman kriminal. Gadis 19 Tahun Gantung Diri (Sriwijaya Post, 27/10/2020). Mungkin mereka merasa, kegagalan cinta adalah akhir segalanya.

Pacaran di kalangan pra nikah, lebih banyak rugi ketimbang manfaatnya, terutama  bagi perempuan. Yang tertinggal hanyalah mantan, kenangan, duka, luka, lara, nestapa, hingga meregang nyawa.

Tak banyak koran lokal yang kukumpulkan, karena kebanyakan isinya dangkal. Cukup baca sekilas judulnya, tak perlu baca semua beritanya.

Oh, tapi ada kisah asmara tentang Deri Permana dan Vera Oktaria yang menjadi headline berbulan-bulan di koran pada pertengahan 2019 lalu bisa jadi thriller. Halaman satu Tribun Sumsel (Rabu, 7/8/2019) dengan cover mereka berdua serta seorang saksi pun saya simpan, karena mirip poster film era akhir 90-an yang dilukis secara manual di spanduk. Semisal film Saur Sepuh, Tutur Tinular atau Ayat-ayat Cinta.

Opa lagi mengecek atap rumah, sebagian miring ke tengah karena rangka kayu tak kuat menahan beban bekas hantaman. Dok. Anton DC (2013).
Opa lagi mengecek atap rumah, sebagian miring ke tengah karena rangka kayu tak kuat menahan beban bekas hantaman. Dok. Anton DC (2013).

Kubaca-baca kembali cerita pendek di harian Kompas yang terbit setiap minggu. Artikel yang nyaris tidak pernah kubaca bertahun-tahun. Kalian tahu, jika tumpukan koran yang kukumpulkan di rumah bisa mencapai gedung dua lantai? Tak percaya? Tak mengapa, karena koran-koran tersebut keburu dirampok orang, sebelum sempat kukliping atau kujual sebagian.

Istriku meledek, "Wajahmu pecak nak nangis ...." Ketika menceritakan kembali rumah kosong di Pakjo yang dibobol maling. Rumah yang sudah kami tempati delapan tahun itu akan digusur, tak jelas proyek apa, kapan, dimana letaknya. Pak RT pun hanya mengumpul-ngumpulkan warga RT 04 RW 06 untuk makan tanpa memberi kepastian. Perumahan guru di blok depan rumah sudah kosong dalam tempo dua bulan. Kami masih menunggu hingga tahun baru, namun tetangga sebelah kami sudah keburu mengungsi.

Keempat anak kami semua lahir di rumah ini, bangunan ini sudah cukup tua, mungkin lebih dari 30 tahun. Kondisi plafon sudah sangat buruk dan sebagian rusak lagi meski diganti. Atap bocor di ruang depan dan mulai merembet ke kamar.

Saat anak istri di rumah, pohon beringin besar di belakang rumah roboh menimpa pohon nangka di dekat rumah sehingga turut roboh merontokkan pinggiran atap, padahal awal tinggal disini, pohon kates yang kami tebang pun sudah meremukkan sebagian atap bahkan menimpa adik saya.

Rumah ini sangat teduh, letaknya seperti di lembah, atap rumah hampir sejajar dengan jalan, dikelilingi berbagai pohon seperti jati, palem, kelapa, belakang rumah nampak seperti hutan padahal di tengah kota. Kupikir, mungkin sekitar 13 tahun lagi masih disini.

Koran yang kukumpulkan sejak masih kuliah kusimpan disini. Masih teringat jelas pertama kali berlangganan koran nasional pada bulan September 2001. Awal petaka konspirasi yang mengguncang dunia. Serangan 11 September ke menara kembar World Trade Center, dilanjutkan serangan balasan Amerika Serikat ke Afganistan dan Irak. Dengan misi mencari Osama bin Laden dan menghancurkan senjata pemusnah massal milik Saddam Hussein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun