Mengarang cerpen itu gampang! Benarkah?Â
Coba menjawab pertanyaan sederhana ini, aku sering menjadi bingung dibuatnya. Seperti saat ini, duduk bertopang dahi, aku menghabiskan waktu terpekur memikirkan jawabannya. Pening, kutatap 5 jari sebelah tangan yang lain, dan bertanya, "Benarkah?"
Lalu tiba-tiba lima jari itu seperti hidup. Bergerak-gerak di luar kendaliku seperti ingin bicara. Dan benar, sesaat kemudian Jempol di tangan itu menegak dan bersuara,
"Sebagai ibu para jari, ijinkan aku bicara." Ia diam sesaat menarik jeda, lalu menyambung ucapannya.
"Menurutku, benar. Mengarang cerpen itu gampang." Kutatap sang jempol dengan setengah rasa tak percaya.
"Gampang? Mengapa?"
"Seperti sosokku yang pendek, pada hakikatnya cerpen itu toh hanya sebuah cerita yang pendek." Jawabnya santai.
"Tidak seperti novel, cerpen hanya berisi sepenggal peristiwa. Kau bisa membuat cerpen tentang peristiwa yang hanya berlangsung sehari, beberapa jam, atau bahkan yang hanya berlangsung beberapa menit. Meskipun tentu saja, bisa pula satu cerpen berisi cerita yang terentang dalam waktu lebih panjang."
"Berhari-hari? Setahun?" tanyaku menegaskan.
"Ya." Jawabnya.
"Tidak ada masalah dengan rentang waktu seperti itu. Karena dalam kenyataannya sebuah konflik bisa berada dalam diri satu orang dalam waktu yang panjang. Cerita cinta misalnya, bisa saja bercerita tentang perasaan yang dipendam dan menemukan konklusi dalam sebuah peristiwa yang terjadi bertahun-tahun kemudian. Yang penting bukan rentang waktunya tapi peristiwanya yang akan kau ceritakanlah yang akan berupa kisah yang pendek."