Mohon tunggu...
d_b
d_b Mohon Tunggu... -

bapak-bapak

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

SBY, Manchester United dan Pilkada Rasa Sepak Bola

27 September 2016   00:20 Diperbarui: 27 September 2016   10:03 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manchester United. Mirror.co.uk

Puluhan tahun bekerja di satu dinas ke dinas lain di Pemda DKI, beliau tentu sudah hapal dengan seluk beluk birokrasi di DKI. Masalah birokrasi pemerintahan, lubang-lubangnya di mana, pasti diketahui ibarat mengetahui alur alur di telapak tangannya sendiri.

Sebuah pilihan berani, dan strategi yang jitu, karena pasangan ini tidak akan mudah dipatahkan dari faktor "pengalaman menangani masalah DKI."

Akibatnya, masyarakat akan punya alternatif pilihan yang cukup dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya "asal bukan Ahok," tetapi "bukan Ahok, dengan kualitas yang sepadan."

Kedua, saya kembali pada persoalan mandegnya dinamika politik Jakarta dengan pola berpolitik yang ndak elok di kalangan akar rumput/pendukung petahana dan lawan politiknya.

Memajukan sosok AH dan SM ibarat memotong mata rantai yang menyebalkan. Ibarat memutus tali permusuhan yang telah demikian panjang antara kubu Pro-Ahok dan kubu Anti-Ahok.

Memutus, dan membuka peluang untuk pertarungan baru yang lebih sehat. Demokrat sepanjang saya pahami, bukan partai yang punya fatsoen politik menghalalkan cara-cara yang tak bermartabat. Demokrat dalam dua kali kepemimpinan SBY selalu berusaha tampil mengedepankan persaingan yang sehat. 

Kampanye oke, sesekali menyindir untuk menunjukkan kesalahan/kelemahan lawan oke, tapi bahasa dan tutur yang digunakan bukan dengan pola awur-awuran yang kita lihat sekarang ini sering menghiasi media sosial dan media massa.

Tentu saja, ini akan berpulang kembali kepada massa di akar rumputnya. Apakah cukup cerdas untuk melihat, "eh, ini babak baru, musuh baru, kita bisa berantem dengan cara yang lebih elegan." Ataukah akan kembali pada pola yang negatif, yang penuh dengan hina, kehinaan dan bully-bully massal.

Dan tentu pula, kita tidak bisa berharap lain selain dua hal pada yang gemar menggelorakan pertarungan dengan cara tak beradab: mereka sadar untuk hidup menjadi manusia, atau mereka bosan hidup sekalian.

Tapi paling tidak, bagi saya faktor ini jadi penting. Ada prasangka baik bergelora dalam pikiran saya, bahwa keputusan SBY memajukan pasangan ini juga disebabkan keprihatinannya melihat dinamika politik Pilkada DKI yang semakin tidak sehat. Mendukung Yusril atau Sandiaga, tidak akan membuka peluang adanya perubahan pola.

Dan di titik itu mau ndak mau saya mengucap tabik pada SBY. Mudah-mudahan keinginannya menampilkan calon penantang baru agar ada perubahan dalam pola dinamika politik di akar rumput/pendukung para calon, disambut dengan kepala cerdas masyarakat Jakarta dan penduduk warga media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun