"bercandanya jelek.. hump" sambil berpaling dan menghindar nisa hendak kembali ke kelasnya.
"eh tunggu tunggu mas minta maaf bener, yaudah kamu boleh minta apapun asal mas bisa di maafin" pinta ku tanpa sadar, seakan terhipnotis dan tak ingin kehilangan.
"yaudah minggu depan jemput aku ya klo mau latihan. soalnya minggu depan aku gak ada motor" pintanya.
"kalo itu mah kecil atuh" ucap ku sambil bercanda dengan logat sunda yang baru aku pelajari.
Jujur saja baru kali ini aku merasakan hal yang berbeda. bukan cinta, hanya rasa sayang, dan bukan hanya rasa sayang namun lebih jauh... jauh lebih dalam dari arti kata cinta dan rasa sayang. ntah apa itu yang jelas saat hati ku meronta dan sampailah saat pikiran ku tak lagi jernih aku mengatakan apa yang ku rasakan.
"nisa.. sebenernya aku sayang sama kamu.. mau gak kamu jadi pacarku?? aku g bisa berjanji akan buatmu bahagia. tapi aku bisa berjuang untuk melihatmu tersenyum dan tak akan membiarkanmu menangis."
namun bukan jawaban yang dia berikan hanya senyum manis yang masih terngiang di ingatan. dan sejak saat itu aku bagaikan singa yang menjaga seorang putri hutan yang lugu. dan sejak pertemuan pertama itu dimulai lah cerita tentang sudut kelas yang penuh nostalgia. dan hingga saat ini sudah 9tahun lamanya aku bersamanya. dengan senyum yang perih aku hanya menyaksikan diriku.
"Seekor singa yang selalu menjaga sang putri kini menanggalkan taring dan cakarnya. dan singa itu sekarang hanya menjadi kucing hitam yang tak tahu arah akan kemana"
ya aku mulai bimbang dengan diri ku. pantas kah aku ada disini?? bersamanya??
Â
continue??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H