Lupus, atau lebih dikenal sebagai lupus eritematosus sistemik (LES), adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh. Salah satu masalah yang dihadapi oleh penyintas lupus adalah adanya stigma yang menyebabkan anggapan bahwa mereka tidak mampu bekerja secara optimal. Artikel ini bertujuan untuk memecahkan stigma tersebut dan menunjukkan bahwa penyintas lupus sebenarnya bisa bekerja dengan kemampuan optimal jika diberikan dukungan dan penyesuaian yang tepat.
Lupus adalah penyakit yang kompleks dan dapat memiliki dampak yang berbeda pada setiap individu. Gejala yang sering dialami oleh penyintas lupus antara lain kelelahan, nyeri sendi, ruam kulit, dan gangguan organ internal.
Ketidakpastian dalam gejala lupus ini seringkali membuat stigma bahwa penyintas tidak dapat menjalankan tugas-tugas pekerjaan secara konsisten dan efektif.
Penyintas lupus seringkali harus menghadapi berbagai perjuangan dan pengorbanan untuk tetap produktif di tempat kerja.
Berikut adalah beberapa aspek yang dapat menjadi tantangan seperti:
Kesehatan yang fluktuatif
Salah satu ciri khas lupus adalah gejala yang fluktuatif. Penyintas lupus dapat mengalami flare-up atau serangan lupus yang menyebabkan gejala menjadi lebih parah. Ini bisa berarti mereka mengalami kelelahan yang berat, nyeri sendi yang intens, atau masalah kognitif yang disebut kabut otak lupus (brain fog).
Untuk tetap produktif, penderita lupus harus belajar mengenali gejala dan mengatur aktivitas mereka sesuai dengan tingkat energi dan kesehatan mereka saat itu.
Pengelolaan kelelahan
Kelelahan kronis adalah salah satu gejala umum lupus. Penyintas lupus seringkali merasa lelah bahkan setelah istirahat yang cukup. Ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk fokus dan berkonsentrasi di tempat kerja.
Oleh karena itu, mereka harus melakukan manajemen kelelahan yang efektif, termasuk mengatur waktu istirahat yang cukup, menjaga pola tidur yang sehat, dan menghindari stres berlebihan.
Perawatan dan pengobatan yang intensif
Penyintas lupus seringkali memerlukan perawatan dan pengobatan yang berkelanjutan untuk mengendalikan kondisi mereka.
Hal ini dapat melibatkan kunjungan rutin ke dokter, penggunaan obat-obatan, dan terapi fisik atau rehabilitasi. Mengatur jadwal perawatan ini dapat memerlukan pengorbanan waktu dan energi yang signifikan, namun penting untuk menjaga kesehatan mereka dan mencegah flare-up lupus.
Ketidakpastian dan penyesuaian
Lupus adalah penyakit yang tidak dapat diprediksi. Penyintas lupus seringkali harus siap menghadapi ketidakpastian dan melakukan penyesuaian di tempat kerja.
Mereka mungkin harus mengambil cuti mendadak jika gejala mereka memburuk atau mengatur jadwal kerja yang fleksibel agar dapat menghadiri perawatan medis. Ini dapat memerlukan komunikasi yang terbuka dengan atasan dan rekan kerja, serta pemahaman yang kuat dari mereka.
Stigma dan diskriminasi
Penyintas lupus juga sering menghadapi stigma dan diskriminasi di tempat kerja. Mereka mungkin dihadapkan pada persepsi bahwa mereka tidak mampu bekerja secara optimal atau dianggap sebagai beban karena memerlukan penyesuaian tertentu. Ini dapat mengganggu kesejahteraan mental dan motivasi mereka untuk tetap produktif.
Penyintas lupus harus melawan stigma ini dengan membangun kesadaran dan edukasi di tempat kerja, serta mencari dukungan dari rekan kerja dan kelompok dukungan lupus.
Penghargaan yang positif dari lingkungan dapat memiliki pengaruh yang kuat terhadap upaya penderita lupus dalam berkontribusi dan mengoptimalkan produktivitas kerja mereka.
Berikut adalah beberapa pengaruh positif yang bisa terjadi:
Motivasi dan kepercayaan diri
Mendapatkan penghargaan dan pengakuan atas kerja keras dan kontribusi mereka dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri penyintas lupus. Hal ini dapat memberikan dorongan emosional yang penting bagi mereka untuk terus berjuang dan melampaui batasan yang mungkin ada akibat lupus. Ketika mereka merasa dihargai dan diberi pengakuan, mereka akan merasa termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
Pengurangan stigma
Penghargaan yang positif juga dapat membantu mengurangi stigma yang terkait dengan penyintas lupus di tempat kerja. Ketika penyintas lupus dihargai dan diterima sebagai anggota berharga dari tim kerja, persepsi negatif dan diskriminasi dapat berkurang.
Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, di mana penderita lupus merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk berkontribusi secara optimal.
Peningkatan dukungan
Penghargaan yang positif dari lingkungan kerja dapat meningkatkan tingkat dukungan yang diterima oleh penyintas lupus. Ketika rekan kerja dan atasan memberikan pengakuan atas upaya dan pencapaian mereka, ini menciptakan ikatan sosial yang positif dan memberikan dukungan yang lebih besar.
Dukungan ini dapat berupa pemahaman, kolaborasi, dan penyesuaian lingkungan kerja yang membuat penyintas lupus merasa didukung dalam mengelola kondisi mereka.
Peningkatan kualitas kerja
Penghargaan yang positif merangsang penyintas lupus untuk memberikan kualitas kerja yang lebih baik. Mereka merasa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan, meningkatkan produktivitas, dan memberikan kontribusi yang lebih berarti. Ini dapat berdampak positif pada kualitas produk atau layanan yang dihasilkan, serta memberikan manfaat bagi perusahaan secara keseluruhan.
Peningkatan kesejahteraan psikologis
Penghargaan yang positif membantu meningkatkan kesejahteraan psikologis penyintas lupus di tempat kerja. Mereka merasa dihargai, diakui, dan diapresiasi atas kontribusi mereka. Ini dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan suasana hati, dan memperkuat ikatan sosial di tempat kerja.
Kesejahteraan psikologis yang lebih baik dapat membantu penyintas lupus dalam menjaga keseimbangan antara kesehatan dan produktivitas, serta meningkatkan kepuasan kerja mereka.
Penghargaan yang positif dari lingkungan kerja memiliki dampak yang kuat dalam memotivasi penyintas lupus untuk berkontribusi dan mengoptimalkan produktivitas kerja mereka.
Hal ini membantu menciptakan lingkungan yang inklusif, mendukung, dan membangun kepercayaan diri, yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi penyintas lupus dan perusahaan tempat mereka bekerja.
Ketika penyintas lupus mendapatkan dukungan dan penyesuaian yang tepat di tempat kerja, mereka dapat membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bekerja secara optimal.
Berikut adalah beberapa contoh inspiratif dari penyintas lupus yang berhasil mengatasi stigma dan mencapai kesuksesan di dunia kerja:
Selena Gomez: Selena Gomez adalah seorang penyanyi, aktris, dan produser yang terkenal. Ia didiagnosis menderita lupus pada tahun 2015 dan telah menjalani perawatan yang intensif. Meskipun menghadapi tantangan kesehatan yang berat, Gomez tetap aktif dalam karirnya dan terus merilis musik yang sukses. Ia juga memanfaatkan platformnya untuk meningkatkan kesadaran tentang lupus dan mendukung penderita lainnya.
Shannon Boxx: Shannon Boxx adalah mantan pemain sepak bola profesional yang memenangkan Piala Dunia Wanita FIFA dan medali emas Olimpiade. Boxx didiagnosis menderita lupus pada tahun 2007, tetapi tetap berjuang dan melanjutkan karir sepak bolanya dengan sukses. Ia menjadi contoh inspiratif bagi penderita lupus lainnya dengan membuktikan bahwa mereka dapat tetap berprestasi di bidang olahraga.
Kristen Johnston: Kristen Johnston adalah seorang aktris yang terkenal melalui perannya dalam serial komedi "3rd Rock from the Sun". Pada tahun 2013, ia diagnostik dengan lupus myelitis, sebuah bentuk langka dari lupus yang mempengaruhi sumsum tulang belakang. Meskipun menghadapi tantangan kesehatan yang serius, Johnston melanjutkan kariernya di dunia akting dan menjadi juru bicara untuk meningkatkan kesadaran tentang lupus.
Toni Braxton: Toni Braxton adalah seorang penyanyi R&B dan aktris yang terkenal dengan lagu-lagu hitsnya. Pada tahun 2010, Braxton mengumumkan bahwa ia didiagnosis menderita lupus. Meskipun mengalami flare-up lupus yang sering dan mengalami kesulitan kesehatan, Braxton terus tampil di panggung dan merekam musik baru. Ia juga menjadi advokat untuk penelitian lupus dan kesadaran masyarakat tentang kondisi ini.
Sarah Gorman: Sarah Gorman adalah seorang penulis, blogger, dan pembicara publik yang menderita lupus. Ia menggunakan pengalamannya untuk menyuarakan kehidupan penderita lupus dan memberikan wawasan tentang kondisi tersebut. Melalui blog dan bukunya yang berjudul "The Invisible Disability and Me: Living with Lupus", Gorman menginspirasi orang lain dengan lupus untuk tetap optimis, mencapai impian, dan mengatasi stigma yang terkait dengan penyakit ini.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa penyintas lupus bisa berhasil mengatasi stigma dan bekerja secara optimal jika diberikan dukungan yang tepat.
Penting bagi kita sebagai masyarakat untuk memperbarui persepsi kita tentang kemampuan mereka. Pendidikan tentang lupus dan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung sangat penting.
Selain itu, penyintas lupus juga memiliki peran aktif dalam mengelola kondisi mereka sendiri dan menjaga kesehatan fisik dan mental mereka.
Melakukan perawatan yang konsisten, menjaga pola makan sehat, beristirahat yang cukup, dan mengelola stres adalah beberapa langkah penting yang dapat membantu mereka menjaga kualitas hidup dan produktivitas di tempat kerja.
Dengan upaya bersama, stigma penyintas lupus tidak bisa bekerja secara optimal dapat diatasi. Masyarakat dan tempat kerja harus bersatu untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, mengedukasi orang tentang lupus, dan memberikan dukungan yang diperlukan kepada penderita lupus agar mereka dapat berkontribusi secara optimal di tempat kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H