Kedua kakiku lumpuh, namun aku masih bisa bergerak
Kedua tanganku patah, namun aku masih bisa merayap
Jantungku berdetak kencang
Kurasakan hembusan nafas yang begitu teratur, dengan ketenangan hidup yang fana
Ruangan ini begitu luas, namun terasa begitu sesak
Ruangan ini begitu hening, namun suara jeritan tak mau keluar, berderu-deru tanpa henti, terpenjara di dalam kepala ini
Ruangan ini begitu sempurna, untuk jiwa-jiwa yang selalu mendambakan kedamaian
Tuhan selalu adil
Karena itulah orang-orang mati kelaparan
Tuhan selalu bajik
Karena itulah orang-orang mati terbunuh oleh para penyembah-Nya
Surga begitu lembut, perjanjian indah tanpa batasan namun hanya untuk membelai orang yang beriman
Neraka begitu kasar, perjanjian penyiksaan tiada henti diperuntukkan untuk semua orang yang tak punya iman
Sadarlah, sadarlah
Ruangan bulat yang kita sebut bumi
Rela memberikan tempat kepada surga dan neraka untuk kehidupan yang asri
Sebagai mahakarya yang haq bagi kesenangan Sang Maha Kuasa
Dengan atau tanpa iman
Kita tetaplah menjadi pembunuh
Pembunuh jiwa kita sendiri atau orang lain
Atau bahkan pembunuh Tuhan yang tak pernah dipercayai
Dan dengan atau tanpa iman
Kita menjadi manusia yang seutuhnya tak pantas berpijak di semesta manapun yang telah tercipta
Walau hanya sejengkal kaki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H