I.
Bulan Juni tiba
Saat musim semi menuju purnamanya
Masa lalu mengendap-endap dalam gelap
Di pojok kamar atau di bawah bantal
Kala kedinginan malam menikam
Sungguh tiada mantra sehebat kesumat
Malam adalah dusta
Kekecewaan dan kegetiran yang menyandera adalah nyata
Diantara hening dan detak arloji
Ku tuang perlahan air Vodka dalam botol ke gelas sloki
Dan, mulai ku rangkai imaji
Oh, God! Aku termenung, bergeming dan mengingat janji
Sial, ternyata aku mulau mabuk
Di antara teks Kafka dan puisi Rumi aku terpuruk
Fuck this stupid reality! Gumamku
II.
Malam penuh dusta
Sebotol Vodka tanpa pesta
Semua nyata
Waktu semakin menuju pagi
Aku lelap dibalik tirai
Mesra berpadu dengan sunyi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi! Kata mas Chairil di pelataran mimpi
Mengenaskan sekali
Tubuh yang dingin, pun pucat bak mayat
Menyemai kenangan di antara kunang-kunang dan perasaan sakit yang menyayat
Ku pejamkan mata, ku rapalkan doa bersamaan meneruskan dosa
Aku ingin tidur lelap tanpa mengingat
Atau usai menenggak Vodka, bersama wangi parfummu yang menyengat
Disampingku, dekat, juga mendekap penuh kasih yang terawat
III.
Ku tuang kembali Vodka yang ku beli tiga j lalu yang hampir habis
Sendiri,
Dan tanpa pesta
Mengingat dan melakukan dosa
Aku masih tetap saja kedinginan
Bekas angin malam saat tadi berkendara memeluk erat
Ah sial, tiada lagi pelukmu yang hangat
Pun bekas kecupmu di kening dan bibir hanya dapat diingat
Aku ingin kembali melakukan dosa-dosa denganmu
Di setiap ujung waktu dan temu
Kembali,
Tak ingin hanya sekedar mengingat
Sebab itu menyakitkan, sangat menyakitkan
Kini aku hanya bisa menulis puisi
Sambil menanti sebuah perjumpaan intim
Denganmu, dengan asmara yang menari-nari
Ah sial, namun asmara adalah api
Membara dan membakar emosi
Mengencangkan urat saraf dan kehendak menjadi tak terkendali
Amor fati, amor fati
Gemercik rindu adalah selembaran haru
IV.
Dini hari terlewati
Adzan subuh telah usai membelah horizon pagi
Aku masih belum pula lelap tertidur
Menghabiskan waktu menguntai kenangan
Meratapi sedih akibat kerinduan
Kasih sayang dan rasa sedih adalah jalan yang tak terpisahkan
Itulah kenyataan yang tak mampu disederhanakan
Namun, selalu mudah untuk diingat oleha otak, meski setengah sadar akibat sebotol vodka
Dini Hari Yang Panjang; Aku, Sebotol Vodka dan Tuhan
Sekitar pukul tiga dini hari
Aku mabuk dan berdoa
Bertasbih dan minum vodka
Aku bercumbu dengan kessndirian
Mengingat cinta dan badai prahara yang mengguncang
Semua, aku pasrahkan pada Tuhan sekaligus setan
Merindu sekaligus mengutuk
juga gerutu
Sekitar pukul tiga dini hari
Aku mengingat dan membenci
Merangkum segala hal yang nyata pada tsgukan Vodka
Aku tak tahu,
Apakah tuhan semakin membenciku
Atau, Ia akan lebih mengasihiku
Katanya, dalam kesabaran Ia bersemayam
Sedang menenggak Vodka asalah kesabaranku
Aku tak peduli,
Mencoba selalu tak peduli
Aku sedih sekali,
Sangat sedih sekali
Lagu-lagu favoritku bungkam
Dan, segalanya temaram
Aku hanya marah pada tiap hal yang mengganggu malamku
Aku ingin dipelukmu
Aku mabuk dan berdoa
Aku juga memprotes Tuhan
Dini hari menghitam kelam
Semburat sinar bulan ditawan gelap yang bergeliat
Sepi
Sunyi
Sendiri
Kalut mencoba menahan tangis
Kegetiran hati semakin menjadi-jadi
Kala tak sengaja melihat fotomu yang tak kusangka masih tersimpan dalam galeri
Kemudian, isak tangis memecah hening
Semakin cepat aku menuang dan menenggak Vodka
Semakin keras memprotes dan berdoa
Bila bisa, ingin ku lempar molotov ke beranda surga
Biar malaikat segera sampaikan pesanku kepada Tuhan;
"God, I want you to always be with me who is lonely"
Aku ingin minum Vodka denganmu dan memelukmu, sekali saja saat malam hari.
Wonosobo, 3 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H