Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin mencatat sebuah kisah inspiratif yang bisa diambil sebagai pembelajaran. Kisah ini tentang Hawariyin yang merupakan orang-orang hebat, kekasih Allah, dan para pengikut Nabi Isa 'alaihissalam.
KH. Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha telah menceritakannya dalam sebuah tayangan yang diunggah oleh akun Instagram gusbaha.official sebagaimana diceritakan kembali oleh laman muslimobsession.com
Suatu hari, saat Hawariyin sedang menempuh perjalanan. Tampak terlihat oleh seorang preman sangat tertarik mengikuti orang-orang shalih tersebut. Dia pun langsung bergabung dalam barisan rombongan.
Namun di antara Hawariyin ternyata ada salah seorang yang merasa risih dengan kehadiran preman.
"Aku dikenal wali, kok dekat dengan preman?!" ungkap Gus Baha.
Maka si wali lantas mempercepat jalannya. Sedangkan preman sejak awal memperlambat jalannya. Preman ini rupanya rendah diri dan merasa orang semacam dirinya tidak layak bersama orang shalih.
"Intinya, preman ini menjaga kesopanan, sementara si wali memelihara keangkuhan." ujar Gus Baha.
Lalu apa yang terjadi? Saat itu juga Allah berfirman kepada Nabi Isa 'alaihissalam.
"Isa, dua orang ini memulai amal dari nol! Wali ini Aku hapus amalnya, preman ini Aku hapus semua dosanya." Gus Baha menambahkan.
Semuanya nol-nol. Menurut Gus Baha, satu pihak (preman) memperoleh barakahnya adab (etika), sementara satunya lagi (wali) mendapat konsekuensi dari perilaku ujub (sombong).
"Jadi kita tidak pernah tahu, Allah itu meletakkan ridha-Nya di mana dan meletakkan sukhtu (murka-Nya) di mana!" pungkas Gus Baha.
Kisah di atas, semoga dapat menjadi pembelajaran setiap orang agar tidak merasa paling baik diantara yang lain. Meminjam istilah Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah karena seburuk-buruknya manusia harus ada baiknya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H