Pada bagian pendahuluan tulisan Benedict R. Anderson yang memulai ulasannya dengan menyebut bahwa hampir tidak ada yang diketahui mengenai jati diri dan sejarah Letkol. Untung yang disebutnya masih sangat kabur, baik bagi pengamat luar maupun sebagian besar orang Indonesia.
Anderson juga menyebut, jika Soekarno, para jenderal, pemimpin komunis dan yang lainnya sama-sama kebingungan pada 1 Oktober 1965. Namun, Anderson juga mengungkapkan bahwa mereka semua telah terjerat selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun sebelumnya di dalam manuver politik yang rumit yang menyebabkan Untung beraksi.
Buku ini juga akan mengulas "habis" peristiwa yang menjadi tsunami politik yang memaksa Soekarno terhempas dari kursi kekuasaan sekaligus PKI.Â
Pada 1 Oktober hingga Maret 1966 menjadi episode yang menyeramkan dan mencekam ketika terjadi pembunuhan massal kepada simpatisan anggota dan anggota PKI karena dianggap terlibat langsung atau mengetahui rencana Gerakan 30 September.
Kekuasaan, para pembaca akan menjumpai ulasan kritis atas tafsir Gerakan 30 September yang saat ini dipertahankan oleh TNI AD dan para pendukungnya bahwa PKI adalah dalangnya.
Pada bagian PKI Bertindak Mandiri untuk MerebutMenurut sang penulisnya, PKI adalah partai kesayangan Soekarno yang telah menampilkan kinerja bagus dan damai karena memperoleh serangkaian kemenangan atas lawan-lawan politiknya.
Jika PKI bertujuan melakukan kudeta, maka sama saja menantang bentrokan dengan kekuatan militer yang jauh lebih besar dan mungkin akan mendorong presiden melakukan aliansi dengan Angkatan Darat. Namun di sisi lain, mungkin "tidak ada yang percaya" jika PKI tidak ingin melakukan kudeta.
Para pembaca akan menemukan 3 penjelasan kenapa PKI memiliki inisiatif melakukan kudeta, yaitu; pertama, PKI mendapatkan informasi mengenai kondisi presiden Soekarno yang kritis dan karena mengkhawatirkan suatu gerakan militer terhadap PKI setelah Soekarno tiada.PKI memutuskan merebut kekuasaan sebelum saat fatal tersebut tiba.Â
Kedua, adanya dukungan, tekanan dan pesanan CPR. Ketiga, faktor penggerak merebut kekuasaan yang didalangi PKI tidak bersifat analitis namun mitologis.Â
Yakni citra komunisme sebagai suatu persekongkolan jahat dan tidak masuk akal, kelicikan yang digerakkan oleh ambisi berlebihan, dan keinginan naluriah untuk mengekspresikan diri dalam bentuk kekerasan.
Selanjutnya, juga diulas tentang sikap PKI yang anti imperialis namun dalam urusan luar negeri, namun bersikap tidak mengenal kompromi di dalam negeri. Misalnya sejak awal kepemimpinan Aidit, PKI menolak keras revolusi agraria model China karena mungkin diterapkan di Indonesia.