Paham feminis adalah konsep yang menawarkan gagasan terhadap pendekatan keadilan dan kesetaraan peran agar semua orang terbebas dari segala bentuk kekerasan. Tidak tepat kiranya jika paham feminis diperlakukan secara tidak adil hanya karena melihat penampilan kasat mata para aktivis feminis yang ekspresif, lalu seenaknya dihujat karena penampilannya. Penulis juga memahami bahwa di dalam isu feminisme ada perbedaan pendapat di kalangan feminis ketika mengampanyekan agenda feminisme. Saya pikir hal tersebut lumrah, mengingat ada berbagai varian paham feminis.
Kedua, bersedia belajar memahami konteks mengapa paham feminis muncul sebagai gerakan sosial. Paham ini hadir memiliki cita-cita mulia agar semua orang terbebas dari segala bentuk kekerasan sebab suburnya praktik patriarki yang didefinisikan sebagai garis lurus vertikal, bahwa ujung garis tersebut ditempati oleh gender maskulin atau laki-laki. Sehingga, segala sesuatunya harus mendapat "izin" dari laki-laki yang berkuasa terlebih dahulu.
Memang, ada juga sebagian kalangan yang tidak setuju dengan paham feminisme. Alasannya, tidak sesuai dengan ajaran agama (Islam). Begitu setidaknya yang disampaikan oleh kelompok Indonesia Tanpa Feminis yang sempat ramai di jagat dunia maya beberapa waktu lalu.
Sebagai catatan penutup saya hanya ingin mengajak kepada seluruh pembaca agar "membuang" jauh prasangka-prasangka dan perlakuan tidak adil kepada para pejuang keadilan dan kesetaraan. Jangan sampai keinginan mulia paham feminis yang memiliki cita-cita membebaskan dunia (baca: perempuan) dari kekerasan dan sistem patriarki malah dikaburkan oleh perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai adil gender. Semoga.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI