"Baiklah, kawan... Aku akan menceritakannya padamu.. Dan, setelah aku bercerita, kuharap hubungan persahabatan kita masih tetap terjalin, ya?!" Mintanya padaku. Aku mengangguk lembut padanya dan menatapnya dengan serius.
"Kamu tahu peristiwa Natal Berdarah pada tahun 2000 yang lalu?!" Tanyanya. Mataku terbelalak dan mengangguk tercengang padanya. Aku mengeluarkan kemampuan tingkat tinggiku untuk menyimak penjelasan darinya.
"Di tahun 2000 itu, tepat perayaan Natal, umat kristiani yang seharusnya bersuka cita menyebarkan kasih-Nya dan damai di Indonesia, sekejap berubah menjadi berduka dan bersedih hati.. Karena peristiwa berdarah itu... Awan gelap telah melingkupi gereja tempat umat kristiani berkumpul dan melakukan perenungan kudus di hadapan-Nya.. Termasuk aku dan keluargaku.. kala itu aku masih kecil dan kami sekeluarga merayakan natal di Ibukota... Ketika kami sedang berkumpul itulah, tiba-tiba gereja tempat kami berkumpul, meledak dan luluh lantak, bagai kumpulan kembang api yang besar... Kepanikan melanda orang-orang di dalamnya..!!!"
"Aku masih ingat, suasana kala itu sungguh mengerikan dan mencekam.. banyak berjatuhan korban... properti yang ada di gereja pun hancur berantakan... bahkan beberapa kendaraan yang diparkir di sebelah gereja ikut hangus terbakar.. Namun, untungnya bantuan segera datang menolong kami semua... Aku sendiri tidak mengalami luka apa-apa, karena waktu itu aku sedang berada di pintu kedatangan gereja.. sedangkan pusat ledakan terjadi di dalam gedung gereja... setelah pemadam kebakaran berhasil menjinakkan si jago merah yang melahap gedung gereja kami.. saat itu, kusaksikan sendiri dengan kedua mataku... banyak petugas medis yang datang mengobati dan membawa orang-orang yang terluka dan yang telah tiada.. Aku pun bertemu dengan kakak laki-lakiku yang kulihat juga mengalami luka tergores di kepalanya.. Kami menanyakan kepada orang-orang yang lalu lalang mengenai keberadaan orang tua kami... Namun, tak satupun yang tahu menganai kondisi orang tuaku... Dan, akhirnya kami langsung dibawa ke tenda pengobatan medis yang didirikan di lokasi kejadian.."
"Air mataku tertumpah banyak sekali waktu itu... Aku menangis sejadi-jadinya melihat apa yang telah terjadi dengan gereja kami dan orang-orang di dalamnya... Aku menangis ingin bertemu dengan Papa dan Mamaku yang saat itu juga berada di dalam gedung gereja... Aku ingin menerobos masuk gereja yang telah luluh lantak itu. Namun, petugas penyelamat melarangku.. Kakak laki-lakiku memelukku dan menahanku.. Namun, aku terus memberontak sejadi-jadinya..!!!
Sambil terisak perlahan. Dia menceritakan itu padaku. Aku merinding mendengar dan membayangkan apa yang telah dipaparkannya. Kulihat emosinya mulai membuncah lagi. Lalu dengan inisiatif yang refleks, segera dia kuberi air minum. Kuharap dengan asupan air yang menyegarkan memasuki kerongkongan dan tubuhnya dapat menenangkan emosinya kembali. Dan, terima kasih Tuhan. Ternyata apa yang kulakukan berhasil. Kini emosinya stabil kembali dan dia melanjutkan ceritanya padaku. Aku berusaha menjadi pendengar yang baik dan menyimak cerita itu dengan serius.
"Kamu tahu, berapa orang yang menjadi korban dalam mimpi buruk itu?!" Tanyanya perlahan. Aku menggeleng. Aku mencoba berpikir dan menguras informasi mengenai kejadian itu diingatanku. Ternyata, memang aku pernah mendengar kabar mengenai peristiwa bom malam Natal di Tahun 2000. Namun, aku tidak mengetahui secara keseluruhan informasinya.
"Puluhan orang meninggal dunia, dan ratusan orang terluka parah, ditambah lagi tempat peribadatan kami harus rata dengan tanah. Dan, kamu tahu, peristiwa itu juga telah merenggut nyawa kedua orang tuaku dan kakekku yang merupakan pendeta gereja kami" Jelasnya dengan air mata yang membanjiri pias pipinya. Kini kesedihan darinya tampak membias terpancar ke segala arah. Pengunjung dan Pelayan di Cafe itu mengamati kami berdua dengan penuh tanda tanya. Aku tidak peduli dengan sorot mata mereka yang memandang kami berdua. Karena setelah mendengar apa yang telah disampaikannya, kini aku bagaikan disambar petir tingkat tinggi. Bagaimana mungkin itu terjadi. Yang kutahu orang tuanya masih hidup. Malah aku dan personel Symbiosis pernah bersua dan berkunjung dengan keluarganya di rumah. Lalu, kalau orang tuanya sudah meninggal, siapakah kedua orang yang kami temui saat berkunjung ke rumahnya tersebut. Berbagai macam pertanyaan dan kebingungan menyergap benakku. Ingin segera kutanyakan padanya, namun tidak kulakukan. Karena situasi dan kondisinya kurasa belumlah tepat. Biarlah nanti seiring berjalannya waktu, nanti aku akan mengetahuinya juga. Yang terpenting sekarang adalah membesarkan hatinya terlebih dahulu dan menenangkannya. Itu yang aku pikirkan dan kulakukan padanya!
"Kamu tahu, kawan... di tahun 2000 itu, ternyata mimpi buruk itu tidak hanya terjadi di gereja kami saja waktu itu, tetapi juga terjadi di gereja belahan Indonesia lainnya.. bahkan ledakan bom bagai kembang api raksasa itu telah banyak menghancurkan tempat-tempat peribadatan dan merenggut nyawa umat kristiani... Sungguh tahun 2000 itu adalah tahun duka dan mimpi buruk bagi kami semua umat kristiani!"
"Dan, kamu tahu, siapa pelakunya?! Ma'af kalau aku mengatakan ini padamu, kawan.. Pelakukanya adalah mereka umat muslim yang membenci kami umat kristiani. Aku mengetahui hal itu dari Pamanku dan isterinya. Bagi mereka---orang-orang islam itu, kami umat kristiani adalah hama yang perlu dibasmi dan dihilangkan dari dunia ini. Tentu saja, aku sangat membenci umat muslim waktu itu, karena gara-gara mereka, kedua orang tuaku telah pergi untuk selama-lamanya. Gara-gara mereka juga telah membuat kami umat kristiani, menjadi berubah pikiran 180 derajat terhadap seluruh umat islam lainnnya, walaupun tidak semua yang seperti itu. Aku sendiri jujur, kala itu, sangat membenci umat islam. Bagiku mereka adalah binatang buas yang seharusnya tidak ada di bumi ini. Sampai sekarang, jujur saja, perasaan itu masih sedikit membekas padaku, walaupun sering mendapat siraman rohani dari banyak pendeta akan kesabaran dan berusaha menepis masa lalu, juga dari spirit dan dorongan dari kakak laki-lakiku dan kedua orang tua angkatku yang sampai sekarang mengasuhku."
"Puji Tuhan, kasih sayang Tuhan masih kami rasakan atas berkat-Nya hingga kini. Semenjak kejadian buruk yang telah merenggut nyawa kedua orang tuaku itu, aku dan kakak laki-lakiku diasuh oleh pamanku---adik ibuku, kebetulan mereka tidak mempunyai anak, sehingga kami dianggap dan menjadi anak-anaknya dengan curahan kasih sayangnya yang amat besar kepadaku dan kakak laki-lakiku. Kami pun menjalani kehidupan di beberapa tempat karena Paman sering dipindahkan untuk bertugas, termasuk di Jambi, dimana kita bisa bertemu dan belajar bersama. Puji Tuhan, kasih sayang Tuhan Yesus dan Bunda Maria selalu menyertai kami sampai sekarang" Jelasnya padaku yang kini tampak sangat stabil emosinya.