Mohon tunggu...
Cupi Valhalla
Cupi Valhalla Mohon Tunggu... -

A traveling lover, An environmentalist, and An ordinary person who has many extraordinary passions. Having been learning the subject of the environmental safety and health at Technische Hogeschool te P.V.J

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Test Kejiwaan Harus Menanggalkan Baju?!

17 Desember 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:39 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu.

Waktu itu, saya pergi ke salah satu rumah sakit swasta daerah nomor satu.

Tujuan saya adalah untuk mendapatkan legalitas atau bukti hitam di atas putih dari pihak yang berwenang, dalam hal ini yakni Instansi jasa kesehatan terpadu.

Legalitas itu sangat dipelukan untuk kelengkapan pendaftaran beasiswa ke sebuah perguruan tinggi bermutu.

Waktu itu, Saya hanya melakukan pemeriksaan fisik secara eksternal pada tubuh.

Yakni, pemeriksaan tanpa pemeriksaan laboratory atau uji klenis pada bagian tertentu.

Tetapi, pemeriksaan yang saya maksud itu berupa visualisasi langsung dan wawancara kesehatan psikologis personal dengan seorang Psikiater yang katanya bermutu.

Namun, anehnya dalam pemeriksaan itu, saya disuruh menanggalkan seluruh pakaian yang melekat di tubuh satu per satu.

Terang saja, saya kaget tak terkira dan merasa aneh dengan kejadian itu.

Ditambah lagi, sang psikiater ini berkarakter seperti dukun cabul palsu.

Akhirnya, keluarga saya melaporkan kejadian ini ke pihak manajemen rumah sakit dengan emosi yang memburu.

Dan, sang psikater dipanggil untuk menjelaskan kejadian yang telah berlalu.

Sang psikater dan pihak rumah sakit mencoba beralasan dan berkeluh.

Namun, akhirnya mereka meminta maaf  dengan ekspresi malu.

Mereka juga meminta agar perkara tersebut tidak disebar luaskan ke meja hijau dan masyarakat dengan mimik bersimpuh.

Saya dan keluarga akhirnya memakluminya dan menganggap semuanya telah berlalu dan memaafkan kejadian waktu itu.

Tetapi, yang jelas, kejadian itu sungguh aneh dan membekas dalam ingatanku selalu.

Kujadikan sebagai kliping memorial dalam hidupku.

Sebagai lembaran mozaik kisah lalu yang telah berlalu dan tetap menjadi sesuatu pengalaman yang mengharu biru seru....

-------------------------------------------

Torehan lembaran mozaik story hidupku

Salam Seru,

[Ulat Bulu]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun