Mohon tunggu...
Asep Hermawan
Asep Hermawan Mohon Tunggu... -

Temen2 kebanyakan manggil aku ..."Kuya"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

My Old and My Future Companies (Part 1)

19 November 2010   20:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika dilontarkan pertanyaan: Apakah Anda mengenal "FACEBOOK"????

Apa yg akan anda jawab??????..............................................................

Dan inilah yang kudapatkan dari kehadiran sebuah jejaring sosial buah karya Mark tersebut.

Aku punya usaha pembuatan sarung tinju dengan design khusus. Usaha ini kujalani karena begitu banyak orang yang kecanduan facebook. Kenapa aku memilih bisnis ini???????......karena dengan memakai sarung tinju setiap saat, anda akan terbebas dari update status ataupun mengomentari status temen-temen. Anda akan mudah melepaskan diri dari jeratan penjara status.

Jadi kalau ada yang bertanya "How to stop that facebook addiction?" ......mudah saja jawabnya : "Pakailah sarung tinju anti facebook"

Suatu peluang yang bagus karena baru aku satu-satunya yang melihat peluang ini. Jadilah aku pionir, dengan kata lain aku membuka “blue ocean”.

Sukses besar, itulah yang kudapatkan dari bisnis ini. Dengan order yang mencapai ratusan ribu pasang sarung tinju per hari, aku bisa mempekerjakan karyawan lebih dari 1000 orang pada awalnya. Suatu prestasi yang luar biasa bagi perusahaan baru yang pada awalnya nyaris tanpa modal.

Aku mempekerjakan karyawan dari kelas bawah, ya… karena akupun bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, dulu aku harus bekerja keras untuk membiayai sekolahku, sampai kawan2 sekelasku bilang “mr.drawing” karena aku sering bantu kawan2 buat tugas gambar mereka dan tentunya dengan imbalan yang sudah kutetapkan tarifnya.

Dengan pemikiran bahwa orang yang pendidikan rendah susah mencari kerja maka aku coba membantu mereka dengan caraku ini. Aku juga membayar beberapa instruktur untuk melakukan pelatihan komputer kepada karyawanku. Maksudku agar karyawanku tidak gaptek, setidaknya mereka bisa mencari informasi2 penting sehingga bisa meningkatkan produktivitas kerja.

Oh iya, ada beberapa karyawan menanyakan apa “facebook” itu? (aku memang menempelkan logo “cula” dengan tulisan sarung tinju anti facebook). Kujelaskan bahwa itulah yang jadi inspirasi dalam bisnisku (Aku tak perlu  menjelaskan apa itu jejaring sosial pada karyawanku).

Aku juga membentuk staff khusus untuk memantau “ customer feedback”, tujuanku agar kualitas barang yang dihasilkan tetap terjaga atau bahkan harus bisa lebih baik lagi. Akhirnya atas usul dari beberapa customer aku membuat design baru yang lebih nyaman dan bahan yang lebih bagus lagi. Ditambah dengan kemampuan karyawanku dalam memahami computer yang semakin baik. Aku optimis usahaku akan berkembang pesat.

Aku menjalin kerjasama dengan beberapa agen dari beberapa Negara di Asia, Middle East, sampai ke Europe. Permintaan yang mulai tidak rasional (kuantiti yang jauh melebihi kapasitas produksi) membuat aku kelabakan. Aku menambah mesin2 produksi, melakukan restrukturisasi teknik produksi, aku mau semuanya serba computerized, aku harus cepat membuat perubahan. Product dengan design baru ini harus segera di-relese. Dalam benak aku berkata “Jangan sampai kecolongan/ada pihak lain yang mendahului aku, aku harus tetap jadi pionir”.
Aku juga merekrut karyawan2 baru yang nota bene berpendidikan tinggi yang kujadikan sebagai “backbone” kelancaran produksi.

Tepat sebulan yang lalu sarung tinju dengan design baru di produksi. Namun sayang seribu sayang, produksi tidak mencapai target bahkan dari hari ke hari terjadi penurunan yang drastis. Dari target 400 ribu pasang per hari hanya tercapai 300 ribu, kemudian turun jadi 190 ribu sampai kemudian kapasitas produksi mencapai titik kritis 4000 pasang per hari sesuai dengan jumlah karyawanku saat itu.

Aku kecewa, impianku musnah………………ada apa sebenarnya ini?. Setelah kuselidiki, ternyata karyawan2ku juga sudah kena virus facebook. Mereka lebih mengutamakan facebook daripada pekerjaan utamanya. Akhirnya usahaku “bankrupt”. Aku bingung harus dikemanakan karyawanku yang banyak itu?.

Sebagai seorang pengusaha tentunya aku harus bermental baja. Tak usah berlama-lama menyesali usahaku yang gagal. Kucoba mencari bisnis baru. Akupun mencari peluang sampai ke negeri China.
Oh iya, sebenarnya saat ini aku juga menjalankan bisnis “Jual Beli Makam”di negeri China, aku juga menjadi pionir saat itu. Sampai saat ini usaha jual beli makam masih jalan. Hanya sekarang usaha ini sudah menjadi “red ocean”…. terlalu banyak “follower” ditambah semakin sulitnya mencari lahan untuk makam2 yang baru membuat usahaku ini juga terancam bangkrut.

Lama aku termenung usaha apa yang harus kujalani juga bagaimana menyelamatkan usaha jual beli makam yang sekarang sedang sekarat. Sering aku cari inspirasi sambil duduk di sebuah cafe bersama manager produksi-ku di Shanghai.
Suatu hari ketika kami sedang makan2 di cafe tersebut aku memperhatikan tusuk gigi kayu, kupikir2 kayu sekarang susah kali didapat, kalaupun bisa harus melalui perijinan yang super ketat karena berhubungan dengan kelestarian alam. Yups aku mendapat ide, ya….ide cemerlang “Bagaimana kalau materialnya diganti dengan tulang?”.
Kenapa tulang yang kupilih.
Kurasa ini seperti “sekali merengkuh dayung dua – tiga pulau terlampaui”……. Aku bisa mengatasi semua permasalahanku sekarang. Dengan cara ini usaha jual beli makam yg sudah banyak competitor dan usaha pembuatan “Sarung Tinju” yang sudah tidak produktif lagi resmi aku tutup, semua karyawanku kualihkan ke pabrik “Tusuk Gigi”.

Oke, sekarang darimana aku bisa dapat bahan baku tusuk gigi?. Tentu saja sangat mudah. Dengan ruang yang makin terbatas di negeri China, aku menjadi conceptor yang bisa mengatasi permasalahan tersebut. Intinya tulang2 yang berserakan di makam2 bisa aku manfaatkan. Aku membuat “blue ocean” lagi. Ditambah dengan populasi penduduk China yang lebih dari 1 milyar, prospek usahaku sangat cerah.

Aku kini memiliki beberapa puluh unit mesin pemroses tusuk gigi. Semuanya serba otomatis. Operator tinggal mendorong masuk 1 set tulang2 tsb dan dari satu set tulang manusia mesin ini bisa menghasilkan 1000 kotak tusuk gigi.

Suatu waktu terjadi kecelakaan kerja di pabrik-ku. Seorang operator melakukan kesalahan, alarm mesin berbunyi dengan nyaring, terdapat “indicator overcapacity process” , yang saya maksud sekali proses mesin menghasilkan 2000 kotak. Aku tanya sama manager produksi-ku “kenapa ini bisa terjadi, apa yang salah?”. Dia menjawab dengan badan gemetar “ Maaf Pak …… operatornya ikut masuk ke mesin produksi!”. Aku terdiam sejenak, yang kupikirkan bukan masalah operatornya tapi mesin itu bisa juga rupanya untuk memproses orang yang masih hidup.

Kembali naluri inventor-ku berkata: it`s a great “blue ocean”. Aku bisa mengatasi masalah orang2 frustrasi ataupun orang2 jompo disana. Ya, tinggal hubungi ahli waris dan membayar secukupnya, aku bisa mendapatkan tulang yang lebih berkualitas daripada tulang2 yang kudapat dari makam karena sudah terpendam lama. Hanya aku harus sedikit meng-upgrade mesin2ku supaya tampak lebih manusiawi.

Dengan membuat tema “wisata menuju kebahagiaan”, mesin2 produksi-ku tampak menjadi seperti arena wisata sebuah lorong yang di design cantik. Bahan baku akan tertarik untuk memasukinya tanpa ragu, sepertinya mereka akan berwisata, padahal…….hiiiiii……

Kembali aku meraup keuntungan yang berlimpah. Aku tidak bisa berhenti, aku mau jadi sang “inventor blue ocean”. Aku terus mencari bisnis apa lagi yang harus kujalani. Terkadang orang2 bilang ide-ku gila, tapi biarlah mereka memandangku dengan sikapnya. Toh di luar sana merekapun lebih gila dari aku.

Setelah mengawasi usahaku yang terus berkembang di China, aku kemudian pulang ke tanah air tercinta “Indonesia”. Dalam perjalanan pulang, di pesawat aku kebetulan bersebelahan dengan seorang pengusaha muslim ternama di Indonesia. Kamipun terlibat obrolan2 santai, dia bilang lagi bingung. Biasalah orang kaya, sudah banyak duitpun masih bingung. Dia mengeluhkan usianya yang sudah beranjak setengah abad tapi belum bisa mengerjakan sholat, alasannya sibuk mengurus usahanya. Ya biasanya kalau usahanya semakin maju kemampuan ibadahnya semakin berkurang. Kalau saya sendiri masih bisa control keduanya. Akhirnya setelah saling tukar “business card” kamipun berpisah di bandara Jakarta.

Aku rencana mau pulang ke Garut tapi mau mampir dulu ke Bandung, rindu juga suasana Kota Kembang setelah sekian lama kutinggalkan (aku besar di kota kembang). Terkadang ingat juga sama mojangnya yang “geulis-geulis”. Akupun meluncur ke Starbucks di jalan merdeka. Mengambil tempat di area open air, sambil menikmati “bread floss” kesukaanku dengan diiringi lagu jazz, aku memandang suasana kota kembang yang sudah banyak berubah. Orang2nya sekarang tampak jauh lebih sibuk. Mungkin karena tuntutan jaman, mereka harus bekerja keras.

Waktu menunjukkan pukul 5.30 sore akupun bergegas meninggalkan cafe. Aku ingin sholat di Masjid Agung Bandung.

Adzan Maghrib berkumandang, suasana diluar masih hiruk-pikuk, sepertinya mereka lebih mementingkan kerja daripada sholat. Selesai sholat aku aku duduk dipelataran masjid. Tiba2 naluri bisnisku kembali hadir…… “kayaknya bisa juga aku mendirikan usaha jasa yang tergolong baru, membantu saudara2ku yang karena kesibukannya tidak sempat lagi menunaikan sholat”. Aku teringat obrolan2 santai dengan pengusaha di pesawat tadi siang. Aku jadi berkeinginan untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang jasa menggantikan mereka yang tidak bisa melaksanakan sholat tapi ingin masuk syurga. Sebuah bisnis dengan prospek yang sangat menjanjikan.

Bagaimana tidak, Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan segala kesibukannya masing2, membuat banyak yang lalai menjalankan ibadahnya. Ah, aku jadi bimbang melihat phenomena ini (antara bisnis dan amal). Akhirnya malam itu juga aku memutuskan untuk balik ke kota kelahiranku.

Besok paginya di kota kelahiranku, aku langsung membuat planning. Aku coba menyusun draft beberapa paket karena aku tahu strata kemakmuran bangsa kita yang beragam;
1. Paket standar : Disini perusahaanku hanya bisa menjamin sholat 5 waktu saja.
2. Paket silver : Selain solat lima waktu perusahaanku juga menjamin sholat2 sunnah rawatib.
3. Paket Gold : Solat 5 waktu + sunnah rawatib + solat2 sunnah lainnya

Catatan: Untuk semua paket perusahaanku memberikan garansi sampai liang lahat, selanjutnya menjadi tanggung jawab pihak tertanggung.
Begitulah planning-ku saat ini, …………………………

Wassalam,
Cula

(to be continued)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun