Mohon tunggu...
Asep Hermawan
Asep Hermawan Mohon Tunggu... -

Temen2 kebanyakan manggil aku ..."Kuya"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

My Old and My Future Companies (Part 1)

19 November 2010   20:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku menjalin kerjasama dengan beberapa agen dari beberapa Negara di Asia, Middle East, sampai ke Europe. Permintaan yang mulai tidak rasional (kuantiti yang jauh melebihi kapasitas produksi) membuat aku kelabakan. Aku menambah mesin2 produksi, melakukan restrukturisasi teknik produksi, aku mau semuanya serba computerized, aku harus cepat membuat perubahan. Product dengan design baru ini harus segera di-relese. Dalam benak aku berkata “Jangan sampai kecolongan/ada pihak lain yang mendahului aku, aku harus tetap jadi pionir”.
Aku juga merekrut karyawan2 baru yang nota bene berpendidikan tinggi yang kujadikan sebagai “backbone” kelancaran produksi.

Tepat sebulan yang lalu sarung tinju dengan design baru di produksi. Namun sayang seribu sayang, produksi tidak mencapai target bahkan dari hari ke hari terjadi penurunan yang drastis. Dari target 400 ribu pasang per hari hanya tercapai 300 ribu, kemudian turun jadi 190 ribu sampai kemudian kapasitas produksi mencapai titik kritis 4000 pasang per hari sesuai dengan jumlah karyawanku saat itu.

Aku kecewa, impianku musnah………………ada apa sebenarnya ini?. Setelah kuselidiki, ternyata karyawan2ku juga sudah kena virus facebook. Mereka lebih mengutamakan facebook daripada pekerjaan utamanya. Akhirnya usahaku “bankrupt”. Aku bingung harus dikemanakan karyawanku yang banyak itu?.

Sebagai seorang pengusaha tentunya aku harus bermental baja. Tak usah berlama-lama menyesali usahaku yang gagal. Kucoba mencari bisnis baru. Akupun mencari peluang sampai ke negeri China.
Oh iya, sebenarnya saat ini aku juga menjalankan bisnis “Jual Beli Makam”di negeri China, aku juga menjadi pionir saat itu. Sampai saat ini usaha jual beli makam masih jalan. Hanya sekarang usaha ini sudah menjadi “red ocean”…. terlalu banyak “follower” ditambah semakin sulitnya mencari lahan untuk makam2 yang baru membuat usahaku ini juga terancam bangkrut.

Lama aku termenung usaha apa yang harus kujalani juga bagaimana menyelamatkan usaha jual beli makam yang sekarang sedang sekarat. Sering aku cari inspirasi sambil duduk di sebuah cafe bersama manager produksi-ku di Shanghai.
Suatu hari ketika kami sedang makan2 di cafe tersebut aku memperhatikan tusuk gigi kayu, kupikir2 kayu sekarang susah kali didapat, kalaupun bisa harus melalui perijinan yang super ketat karena berhubungan dengan kelestarian alam. Yups aku mendapat ide, ya….ide cemerlang “Bagaimana kalau materialnya diganti dengan tulang?”.
Kenapa tulang yang kupilih.
Kurasa ini seperti “sekali merengkuh dayung dua – tiga pulau terlampaui”……. Aku bisa mengatasi semua permasalahanku sekarang. Dengan cara ini usaha jual beli makam yg sudah banyak competitor dan usaha pembuatan “Sarung Tinju” yang sudah tidak produktif lagi resmi aku tutup, semua karyawanku kualihkan ke pabrik “Tusuk Gigi”.

Oke, sekarang darimana aku bisa dapat bahan baku tusuk gigi?. Tentu saja sangat mudah. Dengan ruang yang makin terbatas di negeri China, aku menjadi conceptor yang bisa mengatasi permasalahan tersebut. Intinya tulang2 yang berserakan di makam2 bisa aku manfaatkan. Aku membuat “blue ocean” lagi. Ditambah dengan populasi penduduk China yang lebih dari 1 milyar, prospek usahaku sangat cerah.

Aku kini memiliki beberapa puluh unit mesin pemroses tusuk gigi. Semuanya serba otomatis. Operator tinggal mendorong masuk 1 set tulang2 tsb dan dari satu set tulang manusia mesin ini bisa menghasilkan 1000 kotak tusuk gigi.

Suatu waktu terjadi kecelakaan kerja di pabrik-ku. Seorang operator melakukan kesalahan, alarm mesin berbunyi dengan nyaring, terdapat “indicator overcapacity process” , yang saya maksud sekali proses mesin menghasilkan 2000 kotak. Aku tanya sama manager produksi-ku “kenapa ini bisa terjadi, apa yang salah?”. Dia menjawab dengan badan gemetar “ Maaf Pak …… operatornya ikut masuk ke mesin produksi!”. Aku terdiam sejenak, yang kupikirkan bukan masalah operatornya tapi mesin itu bisa juga rupanya untuk memproses orang yang masih hidup.

Kembali naluri inventor-ku berkata: it`s a great “blue ocean”. Aku bisa mengatasi masalah orang2 frustrasi ataupun orang2 jompo disana. Ya, tinggal hubungi ahli waris dan membayar secukupnya, aku bisa mendapatkan tulang yang lebih berkualitas daripada tulang2 yang kudapat dari makam karena sudah terpendam lama. Hanya aku harus sedikit meng-upgrade mesin2ku supaya tampak lebih manusiawi.

Dengan membuat tema “wisata menuju kebahagiaan”, mesin2 produksi-ku tampak menjadi seperti arena wisata sebuah lorong yang di design cantik. Bahan baku akan tertarik untuk memasukinya tanpa ragu, sepertinya mereka akan berwisata, padahal…….hiiiiii……

Kembali aku meraup keuntungan yang berlimpah. Aku tidak bisa berhenti, aku mau jadi sang “inventor blue ocean”. Aku terus mencari bisnis apa lagi yang harus kujalani. Terkadang orang2 bilang ide-ku gila, tapi biarlah mereka memandangku dengan sikapnya. Toh di luar sana merekapun lebih gila dari aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun