Alhasil, ia sering kena hukum sang ayah. Telapak tangannya sering dipukul dengan sebuah tongkat kayu.
Meski demikian, bila melihat sosok Tyas, bukan berarti ia tidak cerdas. Ia mungkin hanya lemah di beberapa pelajaran sekolah.
Menurut saya, ia justru anak yang cerdas. Hal tersebut dapat terlihat saat ia kecil bertanya kepada sang ibu, "Ibu, apakah anak bodoh masuk neraka?"
Bila ia bodoh, tidak mungkin bertanya seperti itu. Tidak akan kepikiran. Selain itu, Tyas juga lah yang paling patuh dan taat beragama.
Pelajaran yang dapat diambil dari sini, sebagai orang tua, jangan menganggap anak bodoh hanya karena lemah di bidang tertentu. Justru, harus didampingi untuk lebih mengembangkan keahliannya dibidang lain yang ia kuasai.
Jangan Abaikan Nasihat Orang Tua
Sejak kecil Azizah hobi bernyanyi. Meski ditentang oleh sang ayah yang seorang ustadz, ia kerap berdendang. Saat duduk di sekolah menengah Azizah bahkan ikut sebuah kejuaraan bernyanyi dan lolos hingga babak final.
Sayang, saat harus bertarung di babak final, sang ayah tahu dan Azizah dilarang melanjutkan ikut perlombaan tersebut. Kata sang ayah, ikut lomba menyanyi yang menjadi perhatian bayak orang, lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.
Namun beruntung, beberapa waktu sebelum lomba final tersebut digelar, ayah dan ibu Azizah harus takziah. Sehingga, mereka harus meninggalkan rumah selama beberapa jam.
Selain itu, si kakak sulung, Saleh, bersedia mengantar Azizah ke desa sebelah untuk ikut lomba final menyanyi. Saleh juga bahkan memaksa kedua adiknya yang lain, Fajar dan Tyas, untuk ikut juga ke acara tersebut.