Sehingga, waktu salat zuhur, ashar, dan magrib tidak tertinggal sama sekali.
Jujur, waktu itu saya sangat terharu sekali.
Membagikan Takjil
Non muslim di Batam itu tidak hanya ikut membeli dan berjualan takjil, beberapa dari mereka ada juga yang suka ikut-ikutan membagi-bagikan takjil menjelang waktu berbuka puasa tiba.
Saya pernah mendapat takjil dari non muslim yang dibagikan di sebuah lampu merah di jalan raya di Kota Batam. Isinya lumayan banyak. Ada kolak dan kue-kue basah beberapa potong yang dikemas rapi di wadah khusus.
Mereka bergerombol, beberapa orang, membagi-bagikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Biasanya dari komunitas, bukan perorangan.
Toleransi di Batam lumayan tinggi dan bagus. Tidak pernah ada friksi antar umat beragama. Warga Batam, meski berbeda agama, justru saling gandeng dan bantu untuk membuat kota yang berbatasan dengan Singapura ini semakin nyaman.
Mungkin karena sebagian besar warga adalah pendatang. Selain itu, ekonomi Batam juga ditopang oleh wisatawan dari negeri tetangga. Bila rusuh hanya karena perbedaan agama, yang rugi warga Batam sendiri.
Tempat ibadah juga tidak terkotak-kotak, menyebar dan merata. Bahkan ada masjid, sampingnya langsung gereja, atau malah kelenteng.
Warga juga leluasa mengerjakan ibadah masing-masing. Tidak ada yang saling menghalangi, membuat tidak nyaman.
Enaknya hidup di kota dengan agama yang beragam dan saling menghormati, saat ada hari raya keagamaan, pasar, supermarket, dan fasilitas umum lainnya, tetap ada yang beroperasi.