Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan, Saatnya Membaca "La Tahzan"

27 Maret 2024   18:54 Diperbarui: 27 Maret 2024   18:55 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebaik-baiknya teman adalah buku. | Foto Dokumentasi Pribadi

Ramadan 1445 Hijriah ini saya sedang berjuang membaca buku "La Tahzan: Jangan Bersedih" hingga selesai. Buku bagus yang saya beli di salah satu Toko Buku Gramedia hampir dua windu lalu.

Dulu saya membaca buku  yang ditulis Dr. 'Aidh al-Qarni ini secara parsial. Tidak menyeluruh. Saya pilih bagian-bagian yang saya suka saja. Terlebih, "La Tahzan" bukan novel sehingga tidak harus dibaca secara berurutan.

Saya memang tidak sereligius itu. Dibanding membaca buku-buku Islami secara rutin dan utuh satu buku, saya lebih suka membaca novel. Mungkin karena novel ada alur ceritanya, bikin penasaran.

Sementara, buku-buku Islami lebih ke pengetahuan. Ilmu. Meski terkadang saling terkait, tidak harus dibaca per bab secara berurutan. Sehingga, membuka buku-buku Islami saat perlu saja. Itu pun dicari yang relevan di bab-bab tertentu. Hehe maafkan ya Allah!

Hingga beberapa hari menjelang Ramadan, saat beres-beres rak buku, saya baru tersadar ada lumayan banyak buku-buku Islami yang saya beli tetapi belum saya baca secara tuntas. Salah satunya buku "La Tahzan: Jangan Bersedih".

Alhasil, Ramadan tahun ini, usai sahur, setelah menunaikan salat subuh dan membaca beberapa ayat Al Quran, saya memaksakan diri membaca buku-buku Islami yang sudah saya beli itu secara bertahap. Setidaknya satu hari satu jam.

"La Tahzan" Membahas Manfaat Buku

Pada bagian awal buku "La Tahzan", Dr. 'Aidh al-Qarni menulis bahwa sebaik-baik teman duduk adalah buku. Buku adalah pilihan terbaik bagi orang-orang yang kosong untuk menghabiskan waktu siangnya, dan bagi orang yang suka bersenang-senang untuk menghabiskan malam-malam mereka.

Sebaik-baiknya teman adalah buku. | Foto Dokumentasi Pribadi
Sebaik-baiknya teman adalah buku. | Foto Dokumentasi Pribadi

Bagi si pembaca, buku akan memberikan dorongan untuk mencoba, membentuk kepribadian, menggunakan nalar, menjaga kehormatan, meluruskan pemahaman mengenai agama, hingga mengembangkan harta.

Membaca dapat melatih lidah berbicara dengan baik, mengusir perasaan cemas dan sedih, mengembangkan akal, mencerahkan pikiran, meningkatkan pengetahuan dan daya ingat, mematangkan kemampuan seseorang, hingga menambah keimanan.

Meski diberi judul Jangan Bersedih, La Tahzan memang tidak melulu membahas bagaimana mengurai dan mengatasi kesedihan. Buku yang pertama kali diterbitkan di Indonesia pada September 2003 oleh Qisthi Press itu mengulas banyak hal, termasuk hal-hal yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Saat membaca La Tahzan kita akan menemukan petuah-petuah bijak nan bermanfaat yang membuat hati terasa tentram dan lapang. Apalagi dilengkapi dengan dalil-dalil dari Al Quran dan Hadist.

Menikmati dan Mengoptimalkan Hari Ini

Sebenarnya ada banyak buku motivasi yang mengingatkan kita untuk menikmati dan mengoptimalkan hari ini dengan hal-hal baik dan kegiatan yang bermanfaat. Tanpa mencemaskan masa depan, dan terganggu dengan peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu.

Namun, nasihat melalui tulisan yang dipaparkan Dr. 'Aidh al-Qarni dalam buku "La Tahzan" terasa berbeda. Penjabarannya lebih rinci, lebih menyentuh hati.

Ia menuliskan, hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, dan kebencian. Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila.

Itu sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad, dan mengubur masa depan yang belum terjadi. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam.

Meski demikian, di bagian lain Dr. 'Aidh al-Qarni mengingatkan kita untuk tidak mendahului sesuatu yang belum terjadi.           

Ia menegaskan bahwa hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.

Hari esok masih ada dalam alam gaib, belum tentu kita bisa sampai ke sana. Sehingga, tidak perlu menyibukan diri dengan mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi, meramalkan bencana-bencana yang akan ada di dalamnya.

Dalam syariat, memberi kesempatan pada pikiran untuk mencemaskan hal-hal yang masih dalam alam gaib, termasuk thulul amal. Angan-angan yang terlalu jauh.  Menurut Dr. 'Aidh al-Qarni, tindakan itu tidak masuk akal karena kita seperti berusaha berperang melawan bayang-bayang.

Ia menyarankan untuk membiarkan masa depan datang sendiri. Lebih baik kita menikmati dan mengoptimalkan hari ini. Sebab, hari ini jelas-jelas milik kita.                

Mengajarkan Kita untuk Ikhlas

Buku "La Tahzan: Jangan bersedih" mengajarkan kita untuk ikhlas. Saat kita sudah baik kepada seseorang, akan tetapi orang tersebut mengingkari kebaikan yang sudah kita berikan, jangan baper. Jangan galau karena kita tidak menerima ucapan terima kasih dari orang tersebut.

Tabiat mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan merupakan penyakit umum yang menimpa manusia. Lebih baik lupakan saja bakti yang sudah dipersembahkan. Ikhlas. Kita berharap saja pahala dari Allah SWT.

Mengajarkan Kita Untuk Bersyukur

Buku "La Tahzan" juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan jangan bersedih atas kejadian apapun yang  menimpa kita, termasuk saat menerima cobaan, tertimpa kesulitan, mendapat cercaan dari orang lain, hingga mengalami rezeki yang sulit.

Kita diingatkan untuk berbaik sangka kepada Allah SWT.

Dr. 'Aidh al-Qarni menuliskan dalam salah satu bagian dari buku ini bahwa dunia terlalu hina untuk membuat kita bersedih. Apalagi terkadang ujian dan cobaan dari Allah SWT merupakan karunia, sementara nikmat yang kita dapat justru merupakan ujian.

Hal itu dikarenakan kadang kala Allah menganugerahkan nikmat dengan cobaan, dan menguji sebagian kaum dengan nikmat.

Sebenarnya ada banyak hal yang diulas di dalam buku "La Tahzan: Jangan Bersedih" ini. Namun, bila dirinci satu persatu akan terlalu banyak. Selain itu, saya juga masih berjuang membacanya hingga tuntas.

Bila ada rezeki berlebih, lebih baik membeli buku ini dan membacanya sendiri. Percaya deh ada banyak pencerahan yang membuat hati lebih lapang setelah membaca buku ini. Bahkan, meski baru sempat dibaca sebagian.

Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun