Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan, Saatnya Membaca "La Tahzan"

27 Maret 2024   18:54 Diperbarui: 27 Maret 2024   18:55 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebaik-baiknya teman adalah buku. | Foto Dokumentasi Pribadi

Membaca dapat melatih lidah berbicara dengan baik, mengusir perasaan cemas dan sedih, mengembangkan akal, mencerahkan pikiran, meningkatkan pengetahuan dan daya ingat, mematangkan kemampuan seseorang, hingga menambah keimanan.

Meski diberi judul Jangan Bersedih, La Tahzan memang tidak melulu membahas bagaimana mengurai dan mengatasi kesedihan. Buku yang pertama kali diterbitkan di Indonesia pada September 2003 oleh Qisthi Press itu mengulas banyak hal, termasuk hal-hal yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Saat membaca La Tahzan kita akan menemukan petuah-petuah bijak nan bermanfaat yang membuat hati terasa tentram dan lapang. Apalagi dilengkapi dengan dalil-dalil dari Al Quran dan Hadist.

Menikmati dan Mengoptimalkan Hari Ini

Sebenarnya ada banyak buku motivasi yang mengingatkan kita untuk menikmati dan mengoptimalkan hari ini dengan hal-hal baik dan kegiatan yang bermanfaat. Tanpa mencemaskan masa depan, dan terganggu dengan peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu.

Namun, nasihat melalui tulisan yang dipaparkan Dr. 'Aidh al-Qarni dalam buku "La Tahzan" terasa berbeda. Penjabarannya lebih rinci, lebih menyentuh hati.

Ia menuliskan, hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, dan kebencian. Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila.

Itu sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad, dan mengubur masa depan yang belum terjadi. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam.

Meski demikian, di bagian lain Dr. 'Aidh al-Qarni mengingatkan kita untuk tidak mendahului sesuatu yang belum terjadi.           

Ia menegaskan bahwa hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.

Hari esok masih ada dalam alam gaib, belum tentu kita bisa sampai ke sana. Sehingga, tidak perlu menyibukan diri dengan mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi, meramalkan bencana-bencana yang akan ada di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun