Lalu, tanpa berpikir panjang, aku menyimpan tasku di salah satu bangku yang ada di depan kelas.
Setelah itu, aku mulai memunguti sampah-sampah yang berserakan tersebut dan memasukannya ke dalam tong sampah yang ada di dekat pos satpam.
Setiap kali melihat sampah yang tergeletak begitu saja, aku memang terbiasa membuangnya ke tong sampah terdekat.
Mungkin karena sejak kecil aku dibiasakan seperti itu, baik oleh keluarga, maupun lingkungan sekolahku sebelumnya.
Di sekolahku yang dulu, kami dibiasakan membuang sampah pada tempatnya. Setiap kali melihat sampah, kami juga diwajibkan memungut dan membuang sampah tersebut ke tong sampah.
Selain itu, setiap pagi sebelum masuk ke kelas, semua siswa dan guru akan berkumpul di lapangan. Dengan koordinasi kepala sekolah, kami akan berkeliling areal sekolah untuk memunguti sampah, baik sampah organik, maupun anorganik.
Sehingga, lingkungan sekolah selalu bersih dan rapi. Siswa juga segan membuang sampah sembarangan.
Oiya, di sekolahku ini aku adalah murid baru. Aku baru pindah sekitar tiga bulan lalu. Ayahku pindah tugas, sehingga aku, ibu dan kedua adikku harus ikut pindah kota.
"Kakak, ngapain mungutin sampah bekas orang? Nanti bajunya kotor. Lagi pula nanti ada bapak petugas kebersihan yang membersihkan semuanya," ucap salah satu siswa yang badanya terlihat lebih kecil dariku. Ia sepertinya salah satu adik kelas.
"Arwina...!"
Belum sempat aku menanggapi si adik kelas, tiba-tiba ada yang memanggil namaku sambil melambai-lambaikan tangan.