Selain si scammer, kerabat saya itu juga dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai petugas bea-cukai. Saat itu, si petugas bilang paket hadiah tertahan di Bali dan harus di tebus sebesar Rp 6 juta. Kerabat saya diminta mentransfer uang ke rekening yang diberikan.
Nah beruntungnya, meski kerabat saya itu punya uang sendiri, tabungan sendiri, masalah mengambil dan mentransfer uang ia tidak berani melakukannya sendiri. Ia biasa meminta tolong salah satu anaknya yang masih tinggal satu kota.
Beruntungnya lagi, saat sang anak diceritakan permasalahan yang dihadapi oleh si ibu, si anak langsung ngeh kalau itu modus penipuan romance scam yang pernah ia baca beberapa waktu lalu.
Namun, sang ibu awalnya tidak percaya. Ia bahkan sempat menangis meraung-raung karena kasihan dengan si pujaan hati yang sudah mengirim hadiah tetapi hadiahnya terancam gagal ia terima. Apalagi saat kekasih hati dibilang penipu.
Efek sudah dibutakan cinta, sang ibu lebih percaya kepada si penipu daripada si anak. Bahkan saat anak-anak yang lain ikut meyakinkan bahwa itu penipuan, si ibu tetap tidak percaya.
Akhirnya, saat itu ponsel kerabat saya itu diambil oleh salah satu anaknya. Disita agar tidak lagi bisa berhubungan dengan si penipu.
Kalau ponsel tidak diambil, anak-anaknya khawatir sang ibu akan mencari jalan lain untuk mentransfer uang tersebut. Bisa saja ia meminta tolong saudara atau tetangga. Apalagi si scammer terus menghubungi. Bahkan sempat berbicara dengan anak-anak dari kerabat saya itu.
Senang Ada Teman Berbagi Cerita
Saat situasi sudah sedikit reda, saya sempat bertanya kepada kerabat saya itu. Mengapa bisa terjerat romance scam? Ia mengatakan, senang ada teman berbagi cerita mengenai beragam hal. Apalagi dengan usia yang nyaris sebaya.
Si scammer itu juga memang mengaku duda berusia 60 tahunan dengan dua orang anak. Foto palsu yang ia gunakan juga merupakan gambar laki-laki lansia yang terlihat baik, ramah, dan gagah.
Terlebih, kerabat saya itu juga menuturkan, ia memang ada rencana ingin menikah lagi bila menemukan sosok yang cocok. Ia menuturkan, kesepian hidup sendiri. Walaupun sang anak rutin berkunjung dan berkomunikasi, rasanya tetap berbeda dengan memiliki pasangan.