Banyak yang berprinsip, saat pasangan berselingkuh, semua selesai.
Namun, sebenarnya saat suami/istri membagi cinta kepada yang lain, kita tidak harus otomatis meminta cerai.
Coba lihat permasalahannya dulu lebih jernih. Apa alasan si suami/istri berselingkuh? Apakah ia menyesal dan menunjukan iktikad baik untuk tidak akan melakukan kesalahan yang sama? Apakah hubungan tersebut masih bisa diperbaiki? Sejauh mana perselingkuhan mereka?
Tidak sedikit pasangan suami-istri di sekitar saya yang memilih memaafkaan pasangan yang berselingkuh. Meski katanya awalnya sulit, kerap sakit hati setiap kali ingat pengkhianatan si pasangan, tetapi lambat laun mereka bisa menerima dan memaafkan.Â
Kini mereka hidup seperti layaknya pasangan suami-istri yang tidak pernah ada masalah. Padahal bertahun-tahun lalu sempat heboh karena si salah satu pasangan berselingkuh.
Kinan juga kan tidak serta merta menuntut cerai. Ia tetap memberi kesempatan kepada Aris untuk meninggalkan perempuan itu.
Bila Terlanjur Sakit Hati Tidak Perlu Dilabrak, Pidanakan
Dulu ada salah satu kerabat saya yang suaminya berselingkuh. Ia lantas mendatangi rumah selingkuhannya. Melabrak, menggedor-gedor pintu rumah si pelakor, beteriak-teriak, hingga mengundang perhatian tetangga si pelakor tersebut.
Si perempuan itu ternyata tidak terima diperlakukan seperti itu. Ia melaporkan kerabat saya ke polisi. Akhirnya kasusnya menjadi lumayan panjang. Kerabat saya yang tadinya korban, berubah jadi (calon) tersangka perbuatan tidak menyenangkan. Beruntung akhirnya bisa diselesaikan dengan baik tanpa harus ke meja hijau.
Zaman now, saat pasangan berselingkuh, mending ikut cara Kinan di web series "Layangan Putus" yang lebih elegan. Beri pilihan tinggalkan si selingkuhan itu, atau perselingkuhan mereka dipidanakan, dilaporkan kepada kepolisian. Apalagi bila kita mengantongi cukup banyak bukti. Perkara nanti rujuk atau cerai, urusan belakangan.
Jangan Terlalu Dekat dengan Lawan Jenis