Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Demi Bermaafan, Keliling Pulau dengan Berjalan Kaki

22 Mei 2020   23:03 Diperbarui: 22 Mei 2020   22:59 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling berkunjung. | Dokumentasi Pribadi

Idulfitri selalu dirayakan spesial oleh warga Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Untuk memeriahkan Hari Kemenangan, hampir setiap tahun selalu ada lomba lampu colok yang membuat pulau yang hanya sepelemparan batu dari Singapura itu selalu terlihat gemerlap sepanjang Ramadan. Selain itu, ada pawai astaka hingga lomba takbir pentas.

Seluruh warga juga melakukan shalat Idulfitri di Lapangan Indera Sakti  yang luasnya hampir dua kali lipat dari lapangan sepakbola. Masjid dan mushalla untuk sementara "diistirahatkan". Salat Idulfitri dipusatkan di lapangan tersebut. Bukan, bukan tidak menghormati masjid, namun lebih kepada kebersamaan.

Salat Idulfitri di Lapangan Indera Sakti. | Dokumentasi Pribadi
Salat Idulfitri di Lapangan Indera Sakti. | Dokumentasi Pribadi
Namun, yang paling spesial adalah tradisi halal bi halal, tradisi saling maaf-memaafkan. Biasanya warga Belakangpadang saling maaf-memaafkan di Hari Raya Idulfitri hingga berkali-kali. Pertama usai melaksanakan salat Idulfitri. Setelah salat, jamaah biasanya tidak langsung membubarkan diri.

Mereka saling bersalaman dengan sesama jamaah, meminta saling memaafkan. Lokasi shalat Idulfitri yang terpusat di satu tempat, sangat memudahkan warga untuk saling bermaafan dengan keluarga dan kerabat. Meski demikian, nanti setelah matahari sedikit meninggi, mereka tetap saling berkunjung ke rumah masing-masing. Bermaaf-maafan kembali.

Saling Berbalas Kunjungan

Idulfitri hari pertama dan hari kedua biasanya digunakan warga Belakangpadang untuk saling berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain. Tujuannya tentu saja untuk saling bermaafan dan memeprerat tali silaturahmi yang sudah terjalin.

Saling berkunjung. | Dokumentasi Pribadi
Saling berkunjung. | Dokumentasi Pribadi
Uniknya, mereka biasanya berbalas kunjungan. Bila pagi hari si A berkunjung ke rumah si B, nanti sore harinya, si B akan balas berkunjung ke rumah si A. Terkadang bila tidak memungkinkan karena terlalu banyaknya tamu pada hari tersebut, kunjungan balasan dilakukan kesokan harinya.

Selain disuguhi kue, saat kunjungan tersebut juga biasanya ditawari untuk mencicip aneka masakan khas lebaran. Biasanya makanan tersebut sudah terhidang di meja, kita tinggal mengambil piring dan bersantap. Terkadang, bila berkunjung pada hari kedua lebaran, bukan opor dan ketupat yang terhidang, tetapi masakan khas Indonesia yang lain yang tak kalah lezat.

Berkeliling dengan Berjalan Kaki 

Pulau Belakangpadang merupakan pulau kecil yang padat penduduk. Biasanya saat berkeliling untuk bersilaturahmi saling bermaafan dari rumah ke rumah, banyak yang memilih untuk berjalan kaki. Daripada, sebentar turun dari sepeda motor, kemudian naik lagi, turun lagi, lebih baik berjalan kaki saja.

Berkeliling dengan berjalan kaki. | Dokumentasi Pribadi
Berkeliling dengan berjalan kaki. | Dokumentasi Pribadi
Paling nanti bila rumah yang akan dikunjungi lumayan jauh, baru menggunakan sepeda motor atau becak. Meski jaraknya masih terjangkau dengan berjalan kaki, tetap letih juga. Terlebih bila sudah terlalu banyak rumah yang dikunjungi. Jadi ingat pengalaman tahun lalu, anak saya yang besar sampai istirahat dulu di kedai bakso karena terlalu letih berjalan saat berkeliling untuk bermaafan dari rumah kerabat yang satu ke kerabat yang lain.

Panen Salam Tempel

Meski letih, anak-anak biasanya tetap semangat berkeliling bermaafan dari rumah kerabat yang satu ke yang lain. Sebab, setiap berkunjung ke satu rumah, biasanya suka diberikan "salam tempel" walaupun tidak meminta. Seperti ada ketentuan yang tidak tertulis, setiap ada tamu anak-anak, harus diberi "salam tempel".

Tradisi Doa Bersama

Khusus untuk keluarga besar suami,  tradisi bermaaf-maafan saat Idulfitri, biasanya juga diiringi dengan doa bersama. Usai shalat Idulfitri --sebelum berkunjung ke rumah kerabat, keluarga besar suami biasanya berkumpul di rumah nenek mertua. Kami mengadakan doa bersama yang dipimpin oleh kakek mertua. Setelah itu saling sungkem kepada nggota keluarga yang lebih tua. Usai sungkeman kami lalu makan bersama, menikmati aneka hidangan lebaran yang sudah disiapkan di meja makan.

Berdoa bersama. | Dokumentasi Pribadi
Berdoa bersama. | Dokumentasi Pribadi
Usai makan, kami mengobrol ringan sambil membagikan "salam tempel" yang dimasukan dalam amplop kecil. Biasanya salam tempel tersebut dibagikan oleh pasangan yang sudah menikah kepada anak-anak yang belum bekerja. Nominalnya berbeda-beda, tergantung dari usia anak dan siapa yang memberi.

Sungkeman. | Dokumentasi Pribadi
Sungkeman. | Dokumentasi Pribadi
Bila ada anggota keluarga yang berhalangan hadir ikut doa bersama, biasanya "salam" tempel itu dibagikan saat anggota keluarga tersebut bertemu dengan si anak. Terkadang juga baru diberikan saat si anggota keluarga akan pulang ke rumah masing-masing. Kebetulan nenek dan kakek mertua hanya tinggal berdua, keluarga yang lain tinggal berbeda rumah, bahkan pulau.

Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun